Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Duka dalam Kegelapan Malam

18 Agustus 2024   12:30 Diperbarui: 18 Agustus 2024   12:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan turun deras, mengiringi langkah Aria yang menuju ke rumah tua yang terletak di ujung desa. Angin malam menderu, membuat pepohonan di sekitar bergetar seolah ikut merasakan ketegangan yang menyelimuti suasana. Rumah tua itu, dengan dindingnya yang retak dan atap yang berkarat, sudah lama dikenal sebagai tempat terkutuk di desa kecil itu. Selama bertahun-tahun, kisah tentang anak kecil yang hilang dan kematian misterius orang tuanya membuat rumah ini menjadi objek ketakutan dan rasa penasaran.

Aria, seorang jurnalis muda yang dikenal dengan keberaniannya, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya tentang misteri rumah itu. Dia mempersiapkan diri dengan kamera digital, alat perekam suara, dan senter yang sudah diperiksa. Semua perlengkapan itu menandakan bahwa dia bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik cerita yang menghantui desa itu.

Saat Aria melangkah masuk ke dalam rumah, pintu kayu tua itu berderit, seolah mengingatkan akan kedatangannya. Ruangan pertama yang dia masuki tampak sepi, dengan debu yang menutupi setiap permukaan. Lampu senter Aria memancar ke seluruh ruangan, menyoroti pemandangan yang mengerikan -- barang-barang anak kecil, seperti boneka yang rusak dan sepatu mini, tergeletak berserakan. Ruangan itu seakan menyimpan sisa-sisa kenangan bahagia yang kini tergantikan oleh kesedihan.

Aria menghela napas dan melanjutkan penjelajahan ke kamar tidur utama. Dinding kamar itu dipenuhi dengan foto-foto keluarga yang tampak bahagia. Namun, sesuatu yang tidak biasa menarik perhatian Aria -- sebuah kotak kayu kecil tergeletak di bawah lantai yang retak. Dengan hati-hati, Aria mengangkat kotak itu dan membukanya. Di dalamnya, terdapat sebuah boneka usang dengan mata yang tampak seolah hidup, serta sebuah catatan kecil.

Aria membaca catatan itu dengan seksama: "Maafkan kami, kami tidak bisa melindungimu. Hantu kami akan mengikutimu." Pesan itu memberikan kesan mendalam tentang rasa bersalah dan ketidakberdayaan orang tua yang ditinggalkan. Dia merasa jantungnya berdebar kencang, tetapi tekadnya untuk mengungkap kebenaran tidak surut.

Tiba-tiba, suhu ruangan turun drastis, dan udara terasa semakin dingin. Aria menyalakan perekam suaranya dan mengarahkan senter ke sekeliling kamar, namun dia hanya menemukan bayangan hitam yang bergerak cepat di sudut matanya. Saat Aria berbalik, dia melihat sosok kecil berdiri di tengah ruangan. Anak itu mengenakan gaun putih kotor dan matanya kosong, menatap Aria dengan penuh kesedihan.

Suara tangisan lembut mulai memenuhi ruangan, semakin lama semakin jelas dan menyayat hati. Aria mencoba untuk mendekati sosok itu, namun kakinya terasa berat dan sulit bergerak. Tangisan itu semakin keras, mengisi setiap sudut kamar dengan rasa kesedihan yang mendalam.

Panicked, Aria berlari menuju pintu keluar, tetapi pintu itu tidak kunjung terbuka. Dinding-dinding kamar terasa semakin sempit, seolah menahan Aria di dalam cengkeramannya. Sosok anak kecil itu mendekat, tangisannya berubah menjadi jeritan kesakitan. Aria merasakan tangan dingin menyentuh bahunya, dan dalam kegelapan yang semakin pekat, dia jatuh ke tanah dengan teriakan terakhir.

Keesokan paginya, penduduk desa menemukan rumah itu kembali dalam keadaan sunyi. Kamera dan alat perekam suara Aria tergeletak di lantai, semua dalam kondisi rusak dan penuh dengan debu. Aria sendiri tidak ditemukan, dan hanya ada rasa duka yang mendalam di dalam rumah tua itu.

Legenda tentang rumah tua itu kini mendapatkan bab baru -- sebuah cerita tragis tentang jurnalis yang terjebak dalam duka yang tak berkesudahan. Desa kecil itu terus menerus dihantui oleh cerita Aria, sebuah peringatan bahwa tidak semua misteri harus dipecahkan dan bahwa beberapa rahasia lebih baik tetap terpendam dalam kegelapan malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun