Malam itu, di sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan lebat, hidup seorang pemuda bernama Raka. Desa itu dikenal akan kesunyian dan misteri yang menyelimutinya. Penduduknya hidup dalam ketenangan, namun dibalik ketenangan itu, ada cerita lama yang selalu dibisikkan dari generasi ke generasi.
Raka adalah seorang pemuda sederhana, namun pikirannya selalu dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang besar. Dia sering mendengar cerita tentang "Cahaya yang Hilang," sebuah legenda yang dipercaya oleh penduduk desa. Dikisahkan, bertahun-tahun yang lalu, desa itu pernah disinari oleh cahaya misterius yang muncul setiap malam.Â
Cahaya itu dipercaya membawa keberuntungan dan kedamaian bagi desa. Namun, suatu hari, cahaya itu menghilang begitu saja, bersamaan dengan hilangnya seorang gadis muda bernama Lestari. Tidak ada yang tahu ke mana cahaya itu pergi, atau apa yang terjadi pada Lestari. Sejak saat itu, desa tersebut seakan kehilangan semangatnya, dan kabut duka melingkupi setiap sudutnya.
Raka tumbuh dengan cerita itu, dan semakin dewasa, ia semakin yakin bahwa hilangnya cahaya dan Lestari tidaklah kebetulan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak pernah diungkapkan oleh para tetua desa, sesuatu yang mungkin bisa menjelaskan misteri ini.
Suatu malam, rasa penasaran Raka mencapai puncaknya. Ia memutuskan untuk mencari kebenaran di balik cerita itu, meskipun banyak yang memperingatkan agar ia tidak melakukannya. Berbekal lentera dan tekad yang kuat, Raka menuju ke arah hutan yang konon menjadi tempat terakhir Lestari terlihat. Hutan itu terkenal angker, dan penduduk desa jarang berani mendekatinya, apalagi saat malam tiba.
Di tengah gelapnya hutan, Raka merasakan sesuatu yang aneh. Udara terasa lebih dingin, dan suara-suara alam seolah menghilang, menyisakan keheningan yang menakutkan. Namun, langkah Raka tidak terhenti. Di dalam hatinya, ada dorongan kuat untuk menemukan jawabannya.
Setelah beberapa saat berjalan, Raka tiba di sebuah tempat yang terlihat berbeda dari sekitarnya. Di sana, ada sebuah pohon tua yang besar, dengan akar yang mencengkeram tanah seperti tangan raksasa. Di bawah pohon itu, Raka menemukan sebuah lubang kecil, seolah-olah ada sesuatu yang terkubur di sana. Dengan tangan gemetar, ia mulai menggali tanah dengan hati-hati.
Tak lama kemudian, ia menemukan sebuah benda kecil yang berkilauan. Itu adalah sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang. Raka terkejut, karena ia pernah mendengar dari neneknya bahwa Lestari selalu mengenakan kalung itu. Ketika Raka mengangkat kalung itu, tiba-tiba sebuah cahaya terang muncul dari liontin tersebut, menerangi sekelilingnya.
Cahaya itu begitu terang hingga Raka harus menutup matanya sejenak. Ketika ia membuka mata, ia melihat sosok samar seorang gadis berdiri di depannya. Itu adalah Lestari. Wajahnya memancarkan kehangatan, namun matanya penuh dengan kesedihan.
"Lestari?" bisik Raka dengan suara tercekat.
Gadis itu tidak menjawab, namun tersenyum lembut padanya. Perlahan, Raka menyadari bahwa cahaya yang menghilang itu berasal dari Lestari. Gadis itu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan desa dari kutukan yang hampir menimpa mereka. Cahaya itu adalah jiwanya, yang terkunci dalam liontin tersebut.
"Terima kasih," bisik Lestari, suaranya seperti angin yang lembut. "Kau telah membebaskanku."
Seketika, cahaya itu menghilang, bersamaan dengan sosok Lestari yang perlahan memudar. Kalung itu jatuh ke tanah, namun kini tidak lagi berkilauan. Raka terdiam, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Ia telah menemukan jawaban yang dicarinya, namun itu juga berarti bahwa Lestari telah pergi untuk selamanya.
Ketika Raka kembali ke desa, ia membawa cerita baru untuk disampaikan. Cahaya yang hilang telah ditemukan, namun dengan harga yang tak ternilai. Desa itu akhirnya bisa terbebas dari misteri yang menyelimutinya, namun dengan kesadaran bahwa kadang-kadang, beberapa rahasia sebaiknya tetap terkubur.
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, desa itu kembali diterangi oleh cahaya bulan yang tenang. Namun bagi Raka, kenangan tentang Lestari dan pengorbanannya akan selalu menjadi cahaya yang tidak pernah padam di dalam hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H