Gadis itu tidak menjawab, namun tersenyum lembut padanya. Perlahan, Raka menyadari bahwa cahaya yang menghilang itu berasal dari Lestari. Gadis itu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan desa dari kutukan yang hampir menimpa mereka. Cahaya itu adalah jiwanya, yang terkunci dalam liontin tersebut.
"Terima kasih," bisik Lestari, suaranya seperti angin yang lembut. "Kau telah membebaskanku."
Seketika, cahaya itu menghilang, bersamaan dengan sosok Lestari yang perlahan memudar. Kalung itu jatuh ke tanah, namun kini tidak lagi berkilauan. Raka terdiam, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Ia telah menemukan jawaban yang dicarinya, namun itu juga berarti bahwa Lestari telah pergi untuk selamanya.
Ketika Raka kembali ke desa, ia membawa cerita baru untuk disampaikan. Cahaya yang hilang telah ditemukan, namun dengan harga yang tak ternilai. Desa itu akhirnya bisa terbebas dari misteri yang menyelimutinya, namun dengan kesadaran bahwa kadang-kadang, beberapa rahasia sebaiknya tetap terkubur.
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, desa itu kembali diterangi oleh cahaya bulan yang tenang. Namun bagi Raka, kenangan tentang Lestari dan pengorbanannya akan selalu menjadi cahaya yang tidak pernah padam di dalam hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H