Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin yang Berbicara

5 Agustus 2024   12:20 Diperbarui: 5 Agustus 2024   13:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : freepik - Seorang Yang Sedang Bercermin

Ketika Aditya mewarisi rumah tua di pinggiran kota, dia tidak mengharapkan banyak hal. Rumah itu, yang sudah lama ditinggalkan, berdiri megah namun usang, dengan jendela-jendela berdebu dan pintu berderit. Di ruang tamu yang gelap, Aditya menemukan cermin besar yang berdiri di sudut, tertutup selimut tebal.

Cermin itu memiliki bingkai kayu berukir dengan detail yang rumit dan tampak antik. Meski tidak ada yang terlalu istimewa tentangnya, Aditya merasa penasaran. Dia membuang selimut dan membersihkan debu yang menempel di permukaan cermin, lalu memutuskan untuk membiarkannya di sana.

Malam pertama di rumah itu terasa aneh. Aditya tidak bisa tidur nyenyak dan selalu terjaga, mendengarkan suara-suara asing yang datang dari sekelilingnya. Jam dinding berdetak dengan keras, seolah menjadi pengingat waktu yang lambat. Tanpa disadari, ia berkali-kali menatap ke arah cermin, merasa seolah ada sesuatu yang bergerak di balik permukaannya yang buram.

Pada pukul dua dini hari, Aditya terjaga oleh suara berbisik lembut yang datang dari ruang tamu. Dia bangkit dari tempat tidurnya, perlahan-lahan menuju ruang tamu, dan melihat cermin itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia mendekati cermin. Dalam gelap, ia melihat bayangan samar di permukaan cermin.

Aditya menggoyang-goyangkan cermin dengan lembut. Tiba-tiba, suara bisikan itu menjadi lebih jelas dan lebih terdengar seperti percakapan. "Kamu akhirnya datang," suara itu berbicara dengan nada penuh penantian.

Aditya mundur, terkejut dan bingung. "Siapa yang berbicara?" tanyanya dengan gemetar. Suara itu tidak memberi jawaban langsung, tetapi cermin itu mulai bergetar dengan lembut, dan sebuah gambar samar mulai terbentuk di permukaannya.

Gambar itu menunjukkan seorang pria tua dengan janggut putih dan mata yang tajam, berpakaian dalam pakaian zaman dulu. Dia tampak seperti seseorang dari era yang telah lama berlalu. "Saya adalah Arjuna," kata pria itu dengan suara serak. "Aku terperangkap di dalam cermin ini selama bertahun-tahun."

Aditya merasa seolah berada dalam mimpi buruk. "Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?" tanyanya dengan penuh kebingungan.

Arjuna menjelaskan bahwa ia adalah seorang penyihir dari zaman dahulu, yang mengutuk dirinya sendiri untuk terjebak dalam cermin sebagai hukuman karena kesalahannya. "Aku melakukan kesalahan besar, dan aku harus menebusnya dengan terjebak di sini," ujarnya. "Hanya seseorang yang benar-benar memiliki hati yang murni yang bisa membebaskanku."

Aditya merasa ada sesuatu yang aneh namun menarik tentang cerita itu. "Bagaimana aku bisa membebaskanmu?" tanyanya.

"Di belakang cermin ini, di dinding belakang, ada sebuah kotak kecil yang tersembunyi," jawab Arjuna. "Di dalam kotak itu ada kunci untuk membukakan jalan keluar bagiku. Tapi berhati-hatilah, hanya dengan niat baik dan keberanian sejati kamu bisa berhasil."

Tanpa ragu, Aditya mulai mencari di balik cermin. Dia menemukan kotak kecil tersembunyi di dinding dan membukanya dengan hati-hati. Di dalam kotak, dia menemukan sebuah kunci kuno dan sebuah catatan kecil. Catatan itu berisi petunjuk tentang bagaimana menggunakan kunci tersebut.

Dengan bimbingan Arjuna, Aditya mengikuti petunjuk dalam catatan dan menemukan kunci yang cocok untuk sebuah pintu rahasia di bawah lantai. Setelah membuka pintu itu, sebuah ruang kecil dengan lampu redup terbuka di hadapannya. Di dalam ruang itu, ada sebuah buku tua dengan simbol-simbol magis.

Ketika Aditya membuka buku itu, sebuah cahaya terang menyelimuti ruangan. Arjuna muncul dari dalam cermin, bebas dari kutukannya. Dia berterima kasih kepada Aditya dengan tulus, dan menjelaskan bahwa Aditya telah menunjukkan keberanian dan hati yang murni.

"Terima kasih telah membebaskanku," kata Arjuna. "Sebagai tanda terima kasih, aku akan memberimu satu permintaan yang dapat kamu ajukan."

Aditya berpikir sejenak. "Aku hanya berharap untuk memiliki hidup yang penuh arti dan tidak terjebak dalam kegelapan dan kesepian."

Arjuna tersenyum. "Permintaanmu akan dipenuhi. Ingatlah bahwa hati yang baik selalu membawa pencerahan."

Dengan itu, Arjuna menghilang, meninggalkan Aditya sendirian di ruang kecil. Saat dia kembali ke ruang tamu, cermin itu sekarang tampak biasa, tanpa keanehan apa pun. Aditya merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya.

Hari-hari berikutnya, hidup Aditya berubah. Dia mulai mengejar impian-impian yang telah lama terabaikan, berbuat baik kepada orang lain, dan menemukan arti sejati dalam hidupnya. Rumah tua yang dulunya terasa menakutkan kini menjadi tempat penuh inspirasi dan kebahagiaan.

Dan setiap kali Aditya melihat cermin di ruang tamu, dia tersenyum, mengenang bagaimana sebuah malam misterius dan cermin yang berbicara telah mengubah hidupnya selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun