Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan lebat, tersembunyi sebuah rumah tua yang sudah lama ditinggalkan. Rumah itu dikenal dengan sebutan "Casa de Silencio", tempat yang hanya disebut dalam bisikan di malam hari. Ada cerita tentang ritual yang berlangsung di sana, ritual yang mengharuskan keheningan mutlak dan berakhir dengan sesuatu yang tak terbayangkan.
Di malam bulan purnama, Emily, seorang peneliti antropologi, tiba di desa tersebut. Dia baru saja membaca sebuah catatan kuno yang mengisahkan ritual kuno yang dilakukan di Casa de Silencio. Dengan rasa penasaran yang menggebu, dia memutuskan untuk meneliti lebih dalam.
Rumah itu terlihat menakutkan di bawah sinar bulan, dengan jendela-jendela pecah dan dinding yang tertutup lumut. Emily membuka pintu yang berderit dan memasuki ruang utama. Di tengah ruangan, ada altar yang dikelilingi lilin-lilin berwarna hitam, semuanya sudah padam. Papan kayu yang besar menggantung di dinding, dengan simbol-simbol kuno yang tampak aneh dan misterius.
Emily memutuskan untuk memeriksa catatan di tangan kirinya dan membandingkannya dengan simbol-simbol di dinding. Menurut catatan tersebut, ritual hening melibatkan sebuah mantra yang harus dibacakan dengan penuh konsentrasi dan keheningan total.
Dia mulai menyiapkan peralatan ritual seperti yang dijelaskan dalam catatan. Setiap benda ditempatkan dengan hati-hati di altar—beberapa lilin, sebuah mangkuk kecil berisi bubuk hitam, dan sebuah buku tua. Emily menerangi lilin-lilin dan memulai persiapan, melafalkan mantra dengan pelan, berharap untuk mengungkap misteri di balik ritual ini.
Setelah semuanya siap, Emily duduk di hadapan altar dan mulai membaca mantra. Suara kertas yang berdesir dari buku tua adalah satu-satunya suara yang mengisi ruangan. Suasana semakin menegangkan ketika dia merasakan udara di sekelilingnya menjadi dingin dan kaku.
Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki di luar ruangan, meskipun dia sendirian di rumah. Emily berusaha untuk tetap fokus pada mantra, tetapi suara itu semakin mendekat, seolah-olah seseorang sedang berjalan di koridor menuju ruangan tempatnya berada.
Rasa takut mulai merayap ke dalam dirinya, namun dia berusaha mengabaikannya dan terus melafalkan mantra. Di luar, suara langkah kaki semakin jelas, dan kemudian diikuti oleh bisikan-bisikan yang tak dapat dimengerti. Emily merasa seolah ada sesuatu yang menonton dari kegelapan, menunggu saat yang tepat untuk melompat keluar.
Setiap kali Emily berusaha untuk menenangkan dirinya, bisikan-bisikan itu semakin mengganggu. Mereka tampak saling berbicara dalam bahasa yang tidak dikenalnya, seperti suara-suara dari dunia lain. Dalam kondisi panik, Emily hampir kehilangan konsentrasi, namun dia berjuang untuk terus membaca mantra.
Kemudian, tiba-tiba, semua suara berhenti. Emily merasakan sesuatu yang aneh di sekitar altar, dan ketika dia menoleh, dia melihat bayangan-bayangan gelap yang berkumpul di sudut ruangan. Bayangan-bayangan ini tidak memiliki bentuk yang jelas, tetapi tampak bergerak dengan cara yang menyeramkan, seolah mereka sedang menyusun rencana untuk sesuatu.
Emily merasakan tekanan yang semakin kuat di dadanya, dan dia mulai merasa sesak napas. Ketika dia melirik kembali ke buku, dia melihat bahwa simbol-simbol di halaman buku mulai bersinar dengan cahaya merah yang menakutkan. Setiap simbol tampak bergetar dan mengeluarkan energi yang tak bisa dijelaskan.
Dia akhirnya selesai membaca mantra dan menutup buku dengan tangan bergetar. Lilin-lilin di altar padam satu per satu dengan sendirinya, meninggalkan ruangan dalam kegelapan total. Emily merasakan ada sesuatu yang sangat buruk terjadi di sekitar rumah tersebut, dan dia segera memutuskan untuk pergi.
Namun, ketika dia berusaha untuk keluar dari ruangan, dia menyadari bahwa pintu tidak bisa dibuka. Rasa takut meliputi dirinya saat dia mendengar suara bisikan yang semakin keras, seolah-olah ada sesuatu yang sangat besar dan gelap sedang mendekatinya.
Dia berlari ke jendela, berusaha untuk membukanya, tetapi kaca jendela terasa berat dan tidak bisa digerakkan. Dalam keadaan panik, Emily merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, dan dia membalikkan tubuhnya untuk melihat bayangan hitam yang membentuk wajah-wajah yang mengerikan.
Dalam keputusasaan, Emily mulai berteriak, tetapi suara teriakan itu tidak terdengar. Seolah-olah suara itu menyatu dengan keheningan yang menyelubungi ruangan. Dia merasa seolah dia terjebak dalam lingkaran keheningan yang membelenggu setiap upayanya untuk melarikan diri.
Ketika pagi tiba, penduduk desa menemukan Casa de Silencio dalam keadaan kosong dan sunyi. Semua tanda-tanda kehadiran Emily hilang, dan satu-satunya petunjuk yang tersisa adalah buku tua yang terbuka di atas altar, halaman-halamannya telah berubah menjadi hitam, dan simbol-simbol di dalamnya tampak seperti terbakar oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Sejak saat itu, rumah itu tidak pernah dijamah lagi. Orang-orang desa hanya berbisik tentang keheningan yang aneh dan misterius yang mengelilingi Casa de Silencio, dan kisah tentang Emily yang hilang tetap menjadi cerita menakutkan di malam hari.
Dan sampai sekarang, ada yang percaya bahwa suara bisikan yang pernah didengar Emily masih bergema di dalam keheningan malam, menunggu seseorang yang cukup berani untuk mencoba ritual hening dan mengalami teror yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H