Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Apakah AI Bisa Menghidupkan Orang yang Telah Mati?

2 Agustus 2024   03:14 Diperbarui: 2 Agustus 2024   05:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artificial Intelligence (AI) telah menjadi topik yang semakin menarik, dengan kemampuannya yang terus berkembang untuk meniru perilaku manusia. Salah satu pertanyaan yang paling kontroversial adalah apakah AI dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati. Meskipun AI tidak dapat menghidupkan kembali orang dalam arti biologis, ada beberapa teori dan penelitian yang berusaha menciptakan pengalaman yang menyerupai "menghidupkan kembali" seseorang melalui berbagai teknologi. Artikel ini akan mengulas teori-teori tersebut dan memberikan contoh faktual dari dunia nyata.

1. Memorialisasi Digital

Teori:Memorialisasi digital melibatkan penggunaan AI untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari kehidupan seseorang, seperti pesan teks, email, posting media sosial, dan rekaman suara. Dari data ini, AI dapat menciptakan simulasi interaktif dari individu tersebut.

Fakta:Hossein Rahnama, pendiri Eternime, bekerja pada konsep menciptakan avatar digital dari orang yang telah meninggal dengan mengumpulkan data digital mereka. Eternime berusaha mengabadikan kepribadian seseorang melalui avatar yang dapat berinteraksi dengan orang yang masih hidup. Eugenia Kuyda, pendiri Replika AI, menggunakan AI untuk membuat chatbot yang bisa meniru percakapan dengan seseorang yang telah meninggal. Kuyda menciptakan Replika setelah kematian sahabatnya, menggunakan pesan teks mereka sebagai basis untuk simulasi percakapan.

2. Avatar Virtual dan Hologram

Teori:Teknologi avatar virtual dan hologram dapat digunakan untuk menciptakan representasi visual dan interaktif dari seseorang yang telah meninggal. Dengan memadukan AI dan teknik animasi, avatar ini dapat berinteraksi dengan orang lain seolah-olah mereka masih hidup.

Fakta:David Hanson, pendiri Hanson Robotics, mengembangkan robot humanoid seperti Sophia yang menggunakan AI untuk interaksi manusia yang realistis. Teknologi ini menunjukkan potensi untuk menciptakan avatar yang meniru perilaku manusia dengan sangat akurat. Selain itu, James Cameron melalui teknologi visual dan CGI dalam film seperti "Avatar," mendorong batasan dalam menciptakan karakter digital yang realistis. Teknologi hologram telah digunakan untuk "menghidupkan kembali" selebriti seperti Whitney Houston untuk pertunjukan konser, memberikan pengalaman yang mendekati interaksi langsung dengan orang yang telah meninggal.

3. Preservasi dan Simulasi Kesadaran

Teori:Dalam jangka panjang, ada konsep yang lebih spekulatif tentang pengunggahan kesadaran (mind uploading). Ini melibatkan pemetaan lengkap otak manusia dan mengunggah informasi ini ke komputer untuk menciptakan simulasi digital dari pikiran seseorang.

Fakta:Ray Kurzweil, seorang futuris dan penulis buku "The Singularity Is Near," mempopulerkan konsep singularitas teknologi dan pengunggahan kesadaran. Kurzweil berpendapat bahwa teknologi akan mencapai titik di mana kita dapat mengunggah pikiran manusia ke komputer, memungkinkan mereka untuk hidup secara digital. Henry Markram, pemimpin Human Brain Project dan Blue Brain Project, berusaha untuk memetakan otak manusia dan menciptakan simulasi komputer otak. Proyek ini menunjukkan kemajuan dalam memahami otak manusia dengan tujuan jangka panjang untuk mungkin mereplikasi kesadaran.

Kesimpulan

Meskipun AI dan teknologi terkait dapat menciptakan simulasi yang mendekati pengalaman "menghidupkan kembali" seseorang dalam beberapa aspek, menghidupkan kembali seseorang dalam arti biologis tetap berada di luar jangkauan teknologi saat ini. Upaya-upaya yang ada lebih berfokus pada menciptakan interaksi yang dapat memberikan kenyamanan dan kenangan bagi mereka yang ditinggalkan, daripada benar-benar menghidupkan kembali seseorang. Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, masa depan mungkin membawa inovasi yang lebih mengejutkan, namun batasan etika dan ilmiah tetap harus diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun