Inginku adalah pergi,Â
Sebab sepertinya hati sudah tidak berkuasa lagi,Â
Bagaimana aku tak membenci,Â
Dengan sikapmu yang selalu mengedepankan emosi,Â
Bagaimana aku tak merasa benci,Â
Sebab sikapmu selalu mengasari.
Mulutmu mengajarkan kehormatan,Â
Namun tidak dengan sikapmu di kenyataan.Â
Perangaimu seakan memaksaku mati.Â
Baik dari segi rasa maupun raga.Â
Sudah berkali-kali mencoba mengalah,Â
Berharap suatu saat kau akan berubah.Â
Berkali-kali sudah aku menahan amarah,Â
Sebab aku berharap datang keajaiban yang akan merubah.Â
Sungguh, aku begitu lelah.Â
Hampir gila rasanya aku menghadapi kehidupan nyata,Â
Sebab sikapmu yang tak pernah lembut selembut sutra.Â
Bahkan depresi kian menghantui,Â
Sebab hati dan fikiran tak mau sinkron kembali.Â
Entah aku yang kurang bersyukur,. Atau memang sikapmulah yang membuatku kufur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H