Teman-teman ketahuilah suatu fakta bahwa sebagai seseorang yang hidup di perantauan, tentunya menjalankan ibadah puasa ramadan sangat tidak mudah dan penuh dengan tantangan. Yah itulah yang aku rasakan saat ini, aku harus menjalankan ibadah puasa seorang diri tanpa adanya sosok keluarga. Aku dan keluargaku harus terpisah karena faktor pekerjaan, dalam upaya menyambung kehidupan, aku memutuskan bekerja di luar Kota.
Ramadan seperti ini. Sangat sedikit momen berkesan ketika sahur maupun berbuka puasa, karena kebanyakan momen tersebut aku jalani seorang diri.
Tentunya aku tidak menyesali keputusanku untuk bekerja di luar Kota, apalagi tujuanku bekerja yang utama adalah untuk membahagiakan orang tua. Tetapi sejujurnya tidak dapat dibohongi bahwa ada kalanya aku merasa sangat kesepian hidup di perantauan, apalagi pada bulanSedih? Pastinya aku merasa sangat sedih, ketika orang lain dapat menjalankan puasa ramadan bersama keluarga, aku menjalankannya seorang diri. Tetapi aku juga merasa beruntung, karena faktanya di perantauan aku tidak benar-benar hidup sendirian. Disini aku berhasil menemukan teman sejati bernama Arum, yah tidak dapat dipungkiri bahwa Arum merupakan teman terbaikku di kantor.
Aku Sangat Bersyukur Memiliki Teman Sejati Seperti Arum
Aku sangat-sangat bersyukur bisa menemukan teman sejati seperti Arum, dari dulu sampai sekarang dia sangat peduli pada hidupku. Bahkan segala permasalahan yang menghantuiku, Arum selalu mencoba untuk membantu menyelesaikannya. Satu hal yang membuatku sangat bahagia, karena faktanya Arum juga dapat membaca kondisiku yang merasa kesepian hidup di perantauan pada bulan ramadan.
Arum tanpa ragu mengajakku untuk berbuka bersama, tentunya penawaran dari dia tidak aku tolak, karena memang aku sangat ingin berbuka bersama dengan seseorang. Namun ada satu hal yang membuatku sangat sedih, pada momen berbuka bersama, aku mengetahui bahwa Arum memiliki sakit maag. Sebagai seorang yang menderita sakit maag, aku pribadi merasa kurang nyaman dalam menjalankan ibadah puasa. Apalagi saat berbuka, ketika memutuskan berbuka dalam porsi berlebih, sakit maagku selalu kambuh.
Arum mengatakan kepadaku bahwa akibat sakit maag yang dia derita, ada kalanya dia merasa tidak happy (bahagia) dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan. Rasanya motivasi dia dalam menjalankan puasa selalu terbentur ketika sakit maag telah menyerang tubuh. Bahkan dia pernah merasa tidak kuat menahan sakit maag ketika menjalankan ibadah puasa. Aku pribadi juga merasakan seperti Arum, memang tidak dapat dipungkiri bahwa puasa ramadan terasa sangat berat bagi para penderita sakit maag.Â
Aice Mochi Jadi Solusi Bagi Diriku Untuk Kuat Menjalankan Ibadah PuasaÂ
Aku masih ingat akan solusi yang diberikan ibuku agar aku tetap kuat menjalankan ibadah puasa meskipun menderita sakit maag. Ibuku mencoba merubah pola makanku ketika berbuka, tentu tujuannya agar sakit maagku tidak kambuh lagi ketika berbuka puasa. Awalnya aku selalu berbuka dengan makanan yang berat, lalu ibuku meminta aku untuk terlebih dahulu makan makanan ringan seperti Takjil. Nanti jika dirasa kondisi lambung sudah terasa baik, baru aku diizinkan untuk mengkonsumsi makanan berat.