Mohon tunggu...
Widyanarto Wibowo
Widyanarto Wibowo Mohon Tunggu... Gigolo -

Saya menyukai forensik data makroekonomi, spekulan mata uang, belajar banyak dari manajer investasi lulusan MIT, para bankir Goldman Sachs NY, turing motor, dan penyuka parfum Armani. Saya ingin menjelaskan tren makroekonomi dengan data historis serta bahasa yang sederhana dan semoga mudah dipahami pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jalan Neraka Makro Ekonomi Indonesia di 2018

21 Desember 2017   21:17 Diperbarui: 21 Desember 2017   21:31 2276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Indonesia menuju krisis ekonomi di 2019 semakin jelas dengan tanda tanda makroekonomi yang semakin memburuk memulai 2018, mari kita lihat apa yang menghadang di 2018;

Loan growth atau pertumbuhan pinjaman, merupakan leading indicator untuk menunjukkan arah tingkat konfiden dari pelaku bisnis dan konsumen dari sisi kredit

Investing.com
Investing.com
Mengawali 2016 di angka 9,80 diakhiri di 2017 7,47%. Rerata terendah 5 tahun terakhit.

Indikator berikutnya adalah M2 Money Supply, mengukur pertumbuhan uang yang beredar

Investing.com
Investing.com
Terakhir di 2016 dan 2017 di angka 10% rerata terendah sejak 5 tahun terakhir.

Setelah melihat leading indicator tersebut kita lihat lagging indikator makro, atau muara dari penggerak pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi, dimulai dari pertumbuhan penjualan rumah, disebut juga Housing Sales di AS.

SurveiPrimerPerumBI
SurveiPrimerPerumBI
Terakhir di 2016 dan 2017 all type housing tercatat tumbuh 4% kemudian jatuh ke 2,5% di kuartal 3 2017, juga terendah dalam 5 tahun terakhir.

Kemudian pertumbuhan penjualan mobil atau bahasa keren makronya, Auto Sales, merupakan lagging indikator daya beli masyarakat menengah atas

Investing.com
Investing.com
Tampak dari grafis rerata pertumbuhan penjualan mobil all type juga terus menunjukkan penurunan dari kisaran 20% lima tahun lalu hingga tercatat negatif 40% dan finish di 2017 hanya tumbuh sebesar 2,5% saja!.

Dan outlook 2017  terakhir lagging indikator makro adalah pertumbuhan Ritel, atau dikenal sebagai retail sales, merupakan indikator utama daya beli dan konsumsi masyarakat selain mobil dan rumah, mencakup keseluruhan consumer goods

Investing.com
Investing.com
Laporan Housing dan Retail merupakan survei BI yang selalu ter update bulanan, sedang housing per kuartal, terlihat angka pertumbuhan tren ritel juga tidak kalah mengenaskan, tumbuh di awal 2016 di angka 10% berakhir di 2,2%, masih ada lap Des yang kemungkinan besar akan menuju ke 3% juga merupakan yang terendah dalam 5 tahun terakhir.

Kemudian untuk melengkapi outlook untuk 2018 adalah jumlah utang LN yang terus menanjak,

SulniBIDes
SulniBIDes
tercatat terakhir lap SULNI BI DES di 341 M USD telah meningkat dari 310 M USD di 3 tahun yang lalu, pemerintah menyalip diangka 175 M USD sedang swasta terhenti di 168 M USD, melihat dari angka tersebut jelas terlihat bahwa efek growth return dari utang sudah tidak proporsional dengan pertumbuhan makro yang ada, artinya semakin banyak utang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi yang semakin terbatas, bahasanya less bang for the buck, dirangkum secara sederhana dalam sebuah lirik lagu dari grup rock 

AC DC,

I'm on the highway to hell
On the highway to hell
Highway to hell
I'm on the highway to hell

No stop signs, speed limit
Nobody's gonna slow me down
Like a wheel, gonna spin it
Nobody's gonna mess me around

Dan isu paling berat ke depan yang akan dihadapi negeri ini adalah krisis energi, dengan semakin tipisnya kemampuan berutang di masa depan maka menggantikan petrodollar yang ada akan semakin berat di sisi ekonomi, simak disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun