Jalan Indonesia menuju krisis ekonomi di 2019 semakin jelas dengan tanda tanda makroekonomi yang semakin memburuk memulai 2018, mari kita lihat apa yang menghadang di 2018;
Loan growth atau pertumbuhan pinjaman, merupakan leading indicator untuk menunjukkan arah tingkat konfiden dari pelaku bisnis dan konsumen dari sisi kredit
![Investing.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/21/chn3-5a3b876d5e137340b0340db4.png?t=o&v=770)
Indikator berikutnya adalah M2 Money Supply, mengukur pertumbuhan uang yang beredar
![Investing.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/21/bti2008010-5a3b881116835f42803607f2.png?t=o&v=770)
Setelah melihat leading indicator tersebut kita lihat lagging indikator makro, atau muara dari penggerak pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi, dimulai dari pertumbuhan penjualan rumah, disebut juga Housing Sales di AS.
![SurveiPrimerPerumBI](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/21/car2-5a3b8961cf01b442972f3462.png?t=o&v=770)
Kemudian pertumbuhan penjualan mobil atau bahasa keren makronya, Auto Sales, merupakan lagging indikator daya beli masyarakat menengah atas
![Investing.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/21/car1-5a3bb454dd0fa85b453363d2.png?t=o&v=770)
Dan outlook 2017 Â terakhir lagging indikator makro adalah pertumbuhan Ritel, atau dikenal sebagai retail sales, merupakan indikator utama daya beli dan konsumsi masyarakat selain mobil dan rumah, mencakup keseluruhan consumer goods
![Investing.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/21/chn6-5a3bb63acaf7db5d611f4702.png?t=o&v=770)