Mohon tunggu...
Altito Asmoro
Altito Asmoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anak Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peristiwa Sastra Periode 1933 - 1942

18 Juli 2024   15:42 Diperbarui: 18 Juli 2024   15:50 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Asmara Hadi dan Penyair-Penyair Pujangga Baru

Diantara para penyair yang sajak-sajaknya sering dimuat dalam majalah Poejangga Baroe, banyak yang sesungguhnya menulis sajak yang jumlahnya lebih dari cukup untuk dibukukan tetapi tidak mereka lakukan. Diantaranya ialah Asmara Hadi yang sering mempergunakan nama samara H.R, atau Ipih, A.M. Daeng Myala (nama samara A.M. Thahir), Mozasa (nama samaran Muhammad Zain Saidi), M.R. Dajoh.

A.M. Thahir (lahir di Ujungpandang 1909) yang setiap menulis mempergunakan nama samara A.M. Dg. Myala kecuali dalamPoedjangga Baroe, sajak-sajaknya juga dimuat dalam Pandji Poestaka dan lain-lain. Sesudah perang ia masih juga menulis dan ada sajak-sajaknya yang dimuat dalam majalah-majalah kebudayaan terkemuka seperti majalah Indonesia. Salah-satu sajaknya yaitu berjudul Buruh (Poedjangga Baroe, 1937).

A. Rivai (lahir di Bonjol, Sumatera Barat, tanggal 1 Juli 1876) juga kalau menulis selalu mempergunakan nama samara, yaitu Yogi. Namanya telah muncul sebelum majalah Poedjangga Baroe terbit, yaitu dalam Sri Poestaka tahun 1930 ketika ia mengumumkan sekumpulan sajak dengan judul Gubahan. Kumpulan sajaknya yang kedua berjudul Puspa Aneka diterbitkannya sendiri, setahun kemudian, tahun 1931. Akan tetapi, ia biasanya tergolong kepada penyair Poedjangga Baroe, karena sajak-sajakya pun banyak dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe.

 6. Para Pengarang Wanita

Para pengarang wanita Indonesia jumlahnya tidak banyak, apalagi pada masa sebelum perang. Yang paling terkenal dan paling penting ialah Selasih atau Seleguri, keduanya nama samara Sariamin (lahir di Talu, Sumatera Barat, tahun 1909) yang menulis dua buah roman dan sajak-sajak. Kedua buah roman itu ialah Kalau Tak Untung (1933) dan Pengaruh Keadaan (1937). Sajak-sajaknya banyak dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe dan Pandji Poestaka.

Pengarang wanita lain yang juga mengarang roman ialah Hamidah yang konon merupakan nama samara Fatimah H. Delais (1914 -- 1953) yang pernah namanya tercantum sebagai pembantu majalah Poedjangga Baroe dari Palembang. Roman yang ditulisnya hanya sebuah, berjudul Kehilangan Mestika (1935).

Adlin Affandi dan Sa'adah Alim (1898 -- 1968) masing-masing menulis sebuah sandiwara, masing-masing berjudul Gadis Modern(1941) dan Pembalasannya (1941). Sa'adah Alim disamping itu menulis pula sejumlah cerpen yang kemudian dibukukan dengan judul Taman Penghibur Hati (1941). Ia pun menerjemahkan Angin Timur Angin Barat karangan seorang pengarang wanita kebangsaan Amerika yang pernah mendapat hadiah Nobel 1938, ialah Pearl S. Buck (lahir 1892). Disamping itu ia pun banyak menerjemahkan buku-buku lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun