Pendidikan kita sangat identik dengan angka, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, angka menjadi sesutu yang tidak bisa dipisahkan dari sistem pendidikan kita.
Apa maksud angka dalam artikel ini?
Penilaian dalam sistem pendidikan kita masih menggunakan angka sebagai salah satu parameter keberhasilan dari proses pembelajaran. Angka 1-100 menjadi acuan keberhasilan seorang siswa dalam menempuh pendidikannya, bahkan tidak jarang angka-angka ini menjadi standar kelulusan bagi seorang siswa dari satu jenjang pendidikan menuju jenjang pendidikan selanjutnya.
Angka menjadi sesuatu yang sakral dalam sistem pendidikan kita, kesakralan angka dapat kita saksikan setiap saat. Dalam keseharian pembelajaran, para siswa mengejar dan mendambakan angka yang besar, begitu pun dengan orang tua, pastilah menginginkan anaknya mendapat angka yang besar.
Tidak hanya siswa dan orang tua, guru, kepala sekolah, satuan pendidikan bahkan pemerintah pun mengharapkan seluruh siswa mendapatkan angka yang besar untuk mata pelajaran yang mereka tempuh.
Kondisi tersebut tidak salah, namun perlu menjadi perhatian semua pihak bahwa nilai yang berupa angka bukan satu-satunya parameter keberhasilan pendidikan. Masih banyak parameter lain yang selama ini masih belum tereksplor secara maksimal sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan.
Fakta di lapangan saat ini menunjukkan bahwa nilai yang berupa angka masih menjadi yang utama dibanding aspek yang lain. Sebagai contoh, banyak anak yang akhirnya dimarahi oleh orang tuanya karena nilainya kecil. Begitu pun di satuan pendidikan, terkadang guru menjadi objek yang disalahkan atas kecilnya capaian nilai yang sudah didapatkan oleh siswa.
Akibat hal tersebut, maka berbagai upaya dilakukan oleh semua pihak supaya bisa mencapai angka minimal untuk setiap mata pelajaran. Orang tua, siswa, guru dan satuan pendidikan berupaya keras mengejar target minimal angka yang dibebankan. Terkadang ada juga yang dipaksakan mencapai angka minimal kelulusan, padahal secara kemampuan masih belum bisa mencapainya.
Jika penekanan pendidikan kita masih berorientasi pada angka, maka bisa saja sampai kapan pun yang dikejar oleh siswa, orang tua, guru, satuan pendidikan dan pemerintah itu lebih pada aspek kuantitatif, sementara secara kualitatif tidak tersentuh secara maksimal.
Pendidikan Tanpa Angka
Bisa kah pendidikan tanpa angka diterapkan? Bisa kah orientasi pendidikan kita tidak melulu bicara tentang angka? Untuk menjawabnya, mari kita cermati beberapa negara yang menerapkan sistem pendidikan "tanpa angka".