Mohon tunggu...
Abdul Latip
Abdul Latip Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Belajar sepanjang Hayat | Lecture | alatip0212@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyebrang Jalan Sembarangan, Siapa yang Mengajarkan?

29 Agustus 2018   11:57 Diperbarui: 29 Agustus 2018   12:15 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sudut pandang pendidikan, ada 4 pilar pendidikan menurut UNESCO, 1) Learning to Know, 2) Learning to Do, 3) Learning To Be, 4) Learning To Life Together.

Penerapan 4 pilar pendidikan UNESCO dalam tatanan sistem pendidikan kita masih didominasi pada pilar Learning To Know, sementara pilar lain masih sangat minim penerapannya dalam sistem pendidikan kita.

Pembelajaran yang dilakukan di kelas saat ini masih menjadikan pengetahuan sebagai aspek utama yang diberikan kepada siswa disamping aspek lain, nilai aspek pengetahuan yang berupa angka-angka masih menjadi sesuatu yang sakral dalam sistem pendidikan kita. 

Adanya KKM atau kriteria kelulusan yang berbasis nilai menjadikan orientasi dari pendidikan hanya sekedar nilai yang berupa angka, sementara penerapan, pemaknaan dan pengamalan akan pengetahuan yang dipelajari masih belum tampak.

Alhasil saat ini hasil belajar yang tampak pada siswa baru pada tataran pengetahuan saja, sementara penerapan (learning to do), pemaknaan (learning to be) dan pengamalan (learning to life together) akan ilmu yang dipelajari di kelas masih minim diperoleh oleh siswa. Akibatnya pendidikan hanya mewarisi dan membekali para siswa aspek pengetahuan saja.

Lantas apa kaitanya dengan menyebrang jalan sembarangan? Menyebrang jalan sembarangan hanyalah satu dari sekian banyak fenomena yang merupakan buah dari warisan sistem pendidikan yang hanya menitik beratkan pada aspek pengetahuan. Pengetahuan tentang fungsi JPO dan zebra cross hanya ditransferkan dalam bentuk pengetahuan kepada siswa, tanpa dibarengi pemaknaan dan pembentukan kesadaran akan pentingnya berdisiplin dalam menyebrang jalan.

Akibat dari itu, semua orang tahu cara menyebrang jalan yang benar, semua orang tahu fungsi dari JPO dan Zebra Cross. Namun semuanya hanya sekedar diketahui saja, tidak dipraktekan, tidak diterapkan dan tidak diamalkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka menyebrang jalan sembarangan merupakan salah satu buah dari proses pendidikan yang sudah berlangsung, tidak ada yang mengajari secara langsung menyebrang jalan sembarangan, semuanya terbentuk lewat proses panjang pendidikan, pengalaman dan kebiasaan yang dilakukan dalam keseharian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun