Mohon tunggu...
Abdul Latip
Abdul Latip Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Belajar sepanjang Hayat | Lecture | alatip0212@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Jebakan Kecerdasan" dalam Dunia Politik

20 Agustus 2018   08:29 Diperbarui: 22 Agustus 2018   18:40 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Abdul Latip

Dunia politik memang dinamis dan penuh misteri, semua keputusan bisa berubah dalam waktu yang singkat.

Sering kita mendengar keputusan berubah hanya dalam waktu yang sangat cepat, kita pun sering melihat perubahan pemikiran dan dukungan yang begitu cepat, yang tadinya lawan dalam sekejap bisa jadi kawan, begitu pun sebaliknya yang mulanya kawan bisa berubah jadi lawan dalam waktu yang singkat pula. 

Tidak jarang, kita pun melihat banyak politisi atau simpatisan yang begitu mati-matian membela partai, teman sejawat atau pimpinannya, walau terkadang mereka berada pada posisi yang tidak selalu benar, tetapi mereka tetap membela dengan berbagai argumentasinya. Mungkin itu lah dunia politik, tanpa hal tersebut mungkin politik akan terasa hambar layaknya sayur tanpa garam.

Dalam artikel ini, saya akan coba membahasa fenomena dalam dunia politik tersebut dikaitkan dengan kecerdasan, keterampilan berpikir dan "jebakan kecerdasan".

Kecerdasan dan Keterampilan Berpikir

Menurut (Tawil dan Liliasari, 2013) menyatakan bahwa kecerdasan dan keterampilan berpikir merupakan dua hal yang tidak bisa disamakan, akan ada dua kerugian jika dua hal tersebut disamakan. 1) Orang yang memiliki kecerdasan sangat tinggi tidak perlu belajar dan melakukan apapun karena otomatis keterampilan berpikirnya pun akan baik. 2) Orang yang tidak memiliki kecerdasan tinggi tidak bisa diubah karena tidak memiliki keterampilan berpikir yang baik. Berdasar hal tersebut, maka kecerdasan dan keterampilan berpikir merupakan dua hal yang berbeda, keduanya merupakan keterampilan yang berbeda dan berkedudukan saling melengkapi.

Lebih lanjut (Tawil dan Liliasari, 2013) menyatakan bahwa kecerdasaran merupakan potensi dan keterampilan berpikir merupakan sesuatu yang menentukan bagaimana kecerdasan tersebut digunakan. Kecerdasan akan menjadi potensi yang maksimal bagi seseorang jika dia mampu mengelola dan menggunakan keterampilan berpikir sebagai arah penentu dari kecerdasannya. 

Orang cerdas selalu menggunakan keterampilan berpikir untuk mengamati, melihat dan menilai fenomena yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan merupakan buah dari kecerdasan yang didasarkan pada proses berpikir.

Namun tidak jarang kita melihat ada orang sangat cerdas, yang dengan kecerdasannya itu, dia merasa tindakan dan perkataanya paling benar, dia tidak mau belajar dan mendengarkan pendapat orang lain mengenai alternatif tentang apa yang dia ketahui dan yakini. Jika kita menemui orang yang demikian, maka orang tersebut sudah masuk dalam sebuah jebakan yang dinamakan "jebakan kecerdasan".

"Jebakan Kecerdasan"

Menurut Edward De Bono, menyebutkan bahwa orang yang sangat cerdas tidak selalu mampu berpikir dengan baik, banyak orang yang sangat cerdas terperangkap dalam "jebakan kecerdasan" dan kemampuan berpikirnya buruk. Pandangan tersebut sejalan dengan pendapat (Tawil dan Liliasari, 2013) yang menyatakan bahwa "jebakan kecerdasan" merupakan cara berpikir seseorang yang merasa tidak perlu mengeksplorasi mengenai suatu pandangannya, dan dia pun merasa tidak perlu mendengar pandangan alternatif dari orang lain.

Tawil dan Liliasari menyatakan bahwa "Jebakan kecerdasan" akan menghasilkan orang yang sangat cerdas yang sangat suka berada pada posisi selalu benar, dia akan menghabiskan waktunya untuk menyerang dan mengkritik orang lain dan dengan mudah dia akan membuktikan bahwa orang lain berada pada posisi yang salah. Selain itu orang yang berada pada "jebakan kecerdasan" juga tidak pernah mau mengambil resiko yang tidak pasti, karena dia merasa selalu benar dengan apa yang dia katakan dan lakukan.

Fenomena "Jebakan Kecerdasan" dalam Dunia Politik

Jika pembahasan di atas dikaitkan dengan fenomena dunia politik yang saat ini terjadi, maka dengan sangat terang kita dapat melihat banyak orang yang berada dalam "jebakan kecerdasan", semuanya tampak dengan jelas bisa kita lihat, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Hampir setiap hari lewat tayangan di TV dan media sosial, kita menyaksikan banyak yang saling serang mengenai dukungan dan pandangan politik, tidak jarang kebencian pun diumbar di media demi membela dukungannya.

Fenomena "jebakan kecerdasan" terjadi di kalangan politisi dan pendukungnya, para politisi dengan berbagai argumentasinya akan mempertahankan bahwa pendapat dan pandangannya selalu benar, pendapat dan pandangan lawan politik selalu salah di matanya, tidak ada pendapat dan pandangan yang benar kecuali pandangan dia dan teman sejawatnya.

Begitu pun dikalangan para pendukungnya, walaupun terkadang yang mereka dukung melakukan kesalahan, tetapi mereka tetap dengan pandangan dan pendapat bahwa mereka dan yang didukungnya selalu benar dan orang lain yang berbeda dukungan selalu salah. 

Ini lah yang saat ini terjadi dan kita saksikan setiap hari, kita yakin bahwa mereka adalah orang cerdas dan memiliki keterampilan berpikir, namun terkadang situasi dan kondisi yang terjadi membuat mereka berada dalam "jebakan kecerdasan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun