Mohon tunggu...
Abdul Latip
Abdul Latip Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Belajar sepanjang Hayat | Lecture | alatip0212@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Warisan Sistem Pendidikan

21 Juli 2018   07:31 Diperbarui: 22 Juli 2018   17:55 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WARISAN SISTEM PENDIDIKAN

Pernah dulu zaman kuliah seorang dosen berkata dihadapan kami para mahasiswanya, "bahwa apa yang kita dapatkan dan rasakan hari ini, apa yang kita lihat dan alami hari ini dan segala apa yang melekat pada diri manusia hari ini merupakan sebuah hasil dari proses pendidikan".

Dari pernyataan tersebut dapat kita tarik point penting bahwa pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, meskipun hasilnya bersifat jangka panjang, tidak bisa langsung dilihat dan dirasakan saat itu juga. Namun dari proses pendidikan yang dilaksanakan, pastilah suatu saat akan memperoleh hasil yang dapat dilihat dan dirasakan. Hasil dari proses pendidikan yang dilaksanakan bisa berbuah sesuatu yang bersifat baik dan bernilai positif, namun juga bisa menghasilkan sesuatu yang tidak baik dan bernilai negatif. 

Mari kita cermati fenomena saat ini yang mungkin sering kita lihat bahkan kita alami : Ada zebra cross tetapi menyebrang jalan masih dimana saja, ada tanda dilarang parkir tetapi kendaraan yang parkir malah penuh di ruas tersebut, budaya antri menjadi suatu barang mahal, kesadaran buang sampah pada tempatnya masih rendah meskipun tahu pentingnya kebersihan dan fenomena lainnya. Untuk level yang lebih besar lihatlah korupsi yang semakin marak, tentu saja pelakunya orang berpendidikan yang pastinya secara keilmuan tidak diragukan lagi. Lantas kenapa ini semua bisa terjadi? Apakah ini hasil pendidikan?

Mari kita kaitkan fenomena-fenomena tersebut dengan penerapan 4 pilar pendidikan dari UNESCO dalam sistem pendidikan kita. Berikut 4 pilar pendidikan dari UNESCO : 1) Learning to know, 2) Learning to do, 3) Learning to be, 4) Learning to live together.

Dari ke empat pilar pendidikan tersebut,  bagaimanakah proporsi penerapannya dalam sistem pendidikan kita? Apakah semua pilar terlaksana secara maksimal dalam sistem pendidikan kita? Kalau kita cermati dan analisis, tampaknya sistem pendidikan kita masih memberikan porsi yang besar pada pilar 'learning to know'. Sistem pendidikan kita masih mrnsakralkan pengetahuan sebagai tujuan utama dalam proses belajar. 

Nilai yang berupa angka-angka masih menjadi sesuatu yang utama sebagai tolak ukur keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan siswa. Sementara nilai lain yang berupa perubahan perilaku/karakter siswa, kecakapan hidup siswa, dan aspek lainnya selain pengetahuan masih terpinggirkan sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan.

Dalam proses pendidikan di lapangan, Lihatlah bagaimana pembelajaran di sekolah tingkat SMP/SMA, 8 jam pelajaran/hari atau 40 jam pelajaran/minggu, para peserta didik diberikan berbagai macam pengetahuan lewat banyak pelajaran yang diajarkan. Namun disadari atau tidak, pengetahuan yang diberikan tersebut tidak dibarengi dengan pemberian makna dan esensi dari setiap pengetahuan yang diajarkan, Alhasil para siswa hanya menangkap sebagai sebuah pengetahuan saja, tanpa memahami untuk apa pengetahuan tersebut, diaplikasikan seperti apa pengetahuan tersebut dan manfaat apa yang bisa diperoleh oleh siswa dan masyarakat dari pengetahuan tersebut 

Maka mungkin wajar kalau kita mengalami dan menyaksikan bahwa kita mengetahui sesuatu tapi berat mempraktekannya. Karna sistem pendidikan kita mewariskan kepada kita sebuah pengetahuan tanpa pemberian yang maksimal mengenai makna, esensi dan aplikasi dari pengetahuan tersebut.

Oleh karena itu, jika bicara pendidikan maka prosesnya harus utuh. Pengetahuan yang dipelajari perlu pemaknaan akan esensi dari pengetahuan tersebut, tidak hanya sekedar bersifat kognitif tetapi mampu menjadi bagian lain yang tampak pada skill dan karakter. Pengetahuan yang kita pelajari harus bisa diterapkan dalam dunia nyata, pengetahuan yang dipelajari harus bisa menjadi bekal untuk memainkan peran dalam kehidupan nyata dan tentunya pengetahuan yang dipelajari harus menjadi modal untuk hidup bersama dalam masyarakat.

*abdul latip*
alatip0212@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun