Percaya ga percaya, sebenarnya plastik pertama kali diciptakan untuk menyelamatkan lingkungan karena jaman dulu orang memakai kantong kertas sebagai pembungkus atau kantong belanja dimana hal ini menyebabkan banyaknya penebangan pohon untuk bahan baku pembuatan kertas.
Pada tahun 1965, kantong plastik berbahan polyethylene dipatenkan oleh sebuah perusahaan asal Swedia bernama Celloplast. Sejak saat itu, kantong plastik dengan cepat menggantikan penggunaan kantong kertas karena lebih kuat dan dapat dipakai berkali-kali (UNEP, 2018).
Namun, banyak orang yang menggunakan kantong plastik untuk sekali pakai sehingga sampah plastik menjadi permasalahan lingkungan baru.
Padahal selain untuk mengurangi penebangan pohon untuk produksi kertas, tujuan dibuatnya kantong plastik ini agar bisa dipakai berkali-kali untuk meminimalisir produksi sampah.
Mikroplastik, kecil tapi berbahaya
Kita sudah tahu tentang plastik, bagaimana dengan mikroplastik? Mikroplastik adalah istilah yang biasa digunakan oleh peneliti untuk mendefinisikan serpihan plastik dengan ukuran diameter < 5mm. Umumnya, mikroplastik terbagi atas mikroplastik primer dan sekunder.
Mikroplastik primer dibuat sedemikian rupa dan digunakan sebagai butiran resin untuk menghasilkan material yang lebih besar atau secara langsung dalam produk kosmetik seperti scrub wajah dan pasta gigi. Mikroplastik sekunder terbentuk dari disintegrasi serpihan-serpihan plastik yang lebih besar (Wagner & Lambert, 2018).
Sebagian besar polymer mengapung di air, dan karena benda-benda yang terbuat dari serpihan plastik seperti karton dan botol dapat menangkap udara, maka serpihan-serpihan plastik dalam jumlah besar menumpuk di permukaan laut dan terbawa ke daratan.
Akibatnya, serpihan plastik banyak ditemui dalam jumlah yang besar (50-80%) pada garis pantai (Barnes et al., 2009). Terlepas dari sifatnya yang dapat mengapung, plastik dapat bercampur dengan kehidupan laut dan membentuk sedimen yang menyebabkan benda-benda tenggelam ke dasar laut.
Penelitian yang dilakukan oleh Oigman-Pszczol & Creed (2007) membuktikan bahwa dasar laut dangkal di Brazil lebih terkontaminasi daripada garis pantai terdekat, hal ini menunjukkan bahwa dasar laut bisa jadi merupakan tempat pembuangan akhir bahkan untuk serpihan-serpihan yang sebelumnya mengapung (Barnes et al., 2009).
Bagaimana material yang berukuran kurang dari 5mm dapat menjadi ancaman bagi kehidupan laut? Seperti yang sudah kita ketahui, plastik sudah masuk dalam kehidupan manusia sejak abad ke-19, maka bisa dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang terakumulasi sejak saat itu? Menumpuknya sampah plastik di lingkungan, termasuk laut adalah akibat dari pengelolaan sampah yang tidak tepat, perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, atau polusi yang tidak disengaja (Barnes et al., 2009).