Mohon tunggu...
althafdanendra
althafdanendra Mohon Tunggu... Lainnya - masih hijau

menjemput inspirasi sampai ke ujung bumi

Selanjutnya

Tutup

Bola

Haramkah Pemain Keturunan Bela Timnas Indonesia?

8 Agustus 2020   18:17 Diperbarui: 8 Agustus 2020   18:14 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu pemain keturunan yang merumput di Eropa, Elkan Baggott dipanggil Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mengikuti pemusatan latihan tim nasional U-19 Indonesia di bawah komando Shin Tae-yong.

Pemanggilan pemain keturunan Inggris ini tentu jadi perhatian semua pihak. Bukan kali ini saja PSSI memanggil pemain yang memiliki darah campuran. Sejak beberapa tahun lalu, PSSI berupaya untuk memanggil para pemain yang mayoritas tersebar di Eropa, khususnya Belanda.

Namun selalu saja ada pro kontra terkait pemanggilan tersebut. Sejumlah pihak banyak yamg meragukan kapasitas dan kemampuan para pemain keturunan yang dipanggil. Sebagian lagi malah tak bisa membedakan soal pemain keturunan dengan pemain naturalisasi.

Mereka yang kontra mayoritas menyebut langkah PSSI memanggil pemain keturunan sebagai langkah keliru. Alasannya masih terlalu banyak pemain lokal yang layak untuk membela Merah Putih. Pertanyaannya kemudian, apakah para pemain keturunan ini haram untuk membela timnas?

Direktur teknik timnas, Indra Sjafri jadi salah satu pihak yang sebenarnya tidak setuju dengan pemanggilan para pemain keturunan. Pelatih asal Sumatera Barat tersebut menyebut bahwa untuk kompetisi Piala Dunia U-20 2022 nanti, baiknya timnas diisi oleh pemain lokal.

"Kami mau menunjukkan pada dunia, ini loh pembinaan kami, ini loh keputusan kami bahwasanya anak-anak yang tampil adalah anak-anak Indonesia, tetapi dengan segala resiko,"  ucap Indra di acara webinar Pengembangan Manajemen Suporter Bola.

Tentu saja alasan tersebut cukup disayangkan. Bagaimana pun juga, pemain yang memiliki darah keturunan, juga bisa dikatakan sebagai anak Indonesia. Toh, pembinaan yang mereka dapatkan dari klub luar negeri tidak serta merta menjadikan mereka kehilangan rasa nasionalisme untuk membela Indonesia.

Beda Naturalisasi dengan pemain keturunan

Ada perbedaan mendasar dari pemain naturalisasi dengan pemain keturunan. Tentu publik sepak bola sudah paham betul mengenai hal ini. Pemain naturalisasi ialah pemain yang pindah kewarganegaraan dan sebelumnya sempat membela tim nasional lain.

Sedangkan pemain keturunan ialah pemain yang orang tuanya memiliki darah Indoensia dan kebanyakan menetap serta berkarier di luar negeri. Ada pemain keturunan yang sempat merasakan membela tim nasional lain di tingkat umur tertentu, namun mayoritas tidak.

Di Belanda terberan pemain keturunan Indonesia. Mulai dari generasi Irfan Bachdim, Ezra Walian, hingga bek muda Vitesse, Jim Croque. Mayoritas memiliki darah Indonesia-Maluku. Akun Instagram Footballtalentnesia jadi salah satu corong bagi banyak pemain keturunan untuk dilirik oleh PSSI.

Mayoritas pemain yang dimunculkan ialah mereka yang belum pernah mendapat kesempata membela tim nasional Belanda atau negara lain. Rata-rata usia mereka masih belasan dan berkarier di kompetisi tingkat umur yang lebih baik dibanding di Indonesia.

Melirik para pemain muda seperti itu tidak ada salahnya jika PSSI kemudian mendata dan kemudian menyeleksi mereka. Toh, usia mereka masih muda dan keinginan mereka untuk membela tanah leluhur begitu besar.

"Saya anggap diri saya orang Indonesia yang cuma menimba ilmu sepak bola di luar negeri dan siap membela timnas Indoensia," kata Nyoman Paul Aro, bek berdarah Bali yang main di Liga Swedia seperti dikutip dari Football5star.com

Tentu ada kekhawatiran bagi pemain lokal jika para pemain yang merumput di luar negeri ini kemudian dipanggil dan memperkuat timnas Indonesia. Kita juga tidak ingin mengulang kebodohan dengan memberikan naturalisasi kepada pemain keturunan yang sudah berusia tua seperti di era Jhon van Beukering serta Tonie Cussel.

Yang juga harus disadari pemangku kebijakan sepak bola di negeri ini ialah kelalaian kita untuk memantau para pemain asli Indonesia, tanpa darah keturunan yang berkarier di luar negeri, sebut saja kasus Andri Syahputra.

Kasus Andri Syahputra jelas ada kesalahan PSSI saat memanggil pemain klub Qatar, Al-Gharafa tersebut. Seperti dinukil dari Indosport, ayah Andri Syahputra, Agus Sudarmanto menyebut bahwa pada 2018 saat pemanggilan, PSSI mengirim surat kepadanya bukan kepada klub Al-Gharafa.

Hal itu kemudian membuat miss komunikasi dan menurut Agus bukan diluruskan, PSSI malah sudah berkomentar ke media dan membuat publik menghakimi anaknya.

"Klub dan QFA sudah menanggapi, mungkin suratnya belum sampai tapi PSSI sudah bicara ke media. Poinnya underage dan masih pelajar. Itu sudah masuk ranah klub dan QFA untuk take over. Saya juga sudah attachment mereka." ucap Agus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun