Pada saat itu, disuatu sore, di sebuah tempat yang disebut dengan perpustakaan umum, terdapat seorang gadis dan ayahnya yang menemaninya untuk membaca. Anak itu membaca banyak sekali cerita dongeng, entah cerita rakyat seperti malin kundang, atau cerita anak seperti kancil dan buaya.
Sore itu benar-benar cerah, seperti Tuhan memberikan sedikit kebaikannya untuk hari itu. goresan kuning menghiasi langit yang dengan pohon-pohon yang bersenangdung ditiupkan oleh hembusan angin.
Perpustakaan itu tampak senyap, hanya ada mereka berdua dan tak ada siapapun disana. terlihat seperti sebuah tempat yang adem dan nyaman untuk menyendiri dan menenangkan diri dari hiruk pikuk perkotaan. Namun tetap membuatnya terasa sepi, tapi justru hal itulah yang menjadi waktu berharga antara hubungan anak dengan ayahnya.
"yah, ini namanya buaya ya?"
"haha.. iya, itu namanya buaya. kalau kamu udah gede nanti, jangan terlalu tertipu dengan penampilannya ya"
"emang kenapa sama penampilannya?"
"gak ada yang salah, tapi kamu harus tahu kalau penampilan itu bukanlah suatu yang menentukan apakah orang itu baik atau jahat"
"emang orang banyak yang jahat ya yah?"
Tak lama mereka berbincang, seorang pemuda dengan setelan hitam dan wajahnya yang tidak tersenyum sama sekali memasuki ruangan tersebut. keduanya terdiam memandangi pemuda itu.
Berjalan memandangi sekitar dan akhirnya padangannya fokus pada suatu rak buku yang ada disana. ia datang, menghampiri, dan mencari sebuah buku yang ingin ia baca, sebuah buku non-fiksi, setidaknya itulah yang mereka ketahui mengenai rak yang pemuda itu datangi.
"yah?"
Ayahnya tidak menengok ke arah gadis itu, gadis itu ingin mengambil sebuah buku lagi. Ia sudah membolak balik halaman buku itu secara terus menerus, dan kali ini ia benar-benar sudah bosan dengan buku kecil itu. sebuah buku yang memiliki halaman lebih banyak, itu yang gadis itu ingini.
Tapi ayahnya tetap fokus membaca bukunya, buku yang kelihatannya menarik, namun tidak dimengerti oleh gadis itu.
baiklah, mungkin inilah saatnya aku ambil sendiri.. mungkin begitulah yang gadis itu katakan dalam hatinya.
Ia berjalan menelusuri rak buku penuh dengan rasa penasaran yang tinggi, tidak ada rasa keraguan dalam dirinya, namun tetap saja kehadiran pemuda itu membuatnya sedikit waspada. Ada rasanya ia ingin berteriak kencang jika pemuda itu melakukan tindah hal yang buruk kepadanya.
Namun, anak itu tak sengaja tergelincir karena ia tidak berhati-hati dalam melangkah. Pemuda itu secara tiba-tiba datang dan mulai merapihkan bukunya, ia bertanya kepada gadis itu soal keadaannya dan mulai membantunya untuk berdiri lagi.
Masih sakit?
Pemuda itu membiarkan ia duduk terlebih dahulu baru ia akan berdiri setelah ia sudah sedikit lebih baik.
Pemuda itu membantunya meletakan buku itu dan membantu mencarikannya sebuah buku yang gadis itu inginkan. Sebuah buku keluar, buku itu akan bercerita tentang lutung kasarung dan berbagai kisah kerajaan yang pernah ia datangi.
Gadis itu sangat menyukainya, ia mengucapkan terimakasih kepadanya. pemuda itu mengiyakannya, ia membiarkan gadis itu kembali kepada ayahnya.
"yah, aku dapat buku ini"
"ohh buku tentang lutung kasarung ya? Bagus itu"
Gadis itu membaca bukunya dengan tenang, wajah antusias terpancar dari mukanya ketika melihat halaman pertama, halaman kedua, dan halaman ketiga. Ternyata sama saja seperti buku pada umumnya, namun ia tetap membacanya, mencoba mengerti apa yang coba disampaikan oleh buku tersebut.
"nak, kita pulang yuk, perpus ini juga sudah mau tutup"
"baik yahh.."
Pemuda itu keluar dari rak buku itu, ucapan terimakasih keluar dari mulut pria itu dengan senyum kepadanya, sama-sama pak!.
Ayah dan anak itu keluar dari ruangan itu, meninggalkan perpustakaan yang sebentar lagi akan tutup.
"yah, besok kita kesini lagi ya!"
"iya sayang, nanti kita bakal kesini lagi kok"
Pemuda itu tersenyum dan duduk, membuka lembaran bukunya. Ia terasa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kejadian itu tampak telah membuatnya menjadi lebih baik, apa yang telah dilaluinya kemarin tampak tidaklah berarti lagi, setidaknya ia telah berbuat hal yang baik pada hari ini, dan ia senang.
Sepertinya hari ini adalah hari yang baik, hari yang baik yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H