“eh jelek! Kalau kamu sekolah tuh yang bener, jangan cuman pakai gini-gini aja!”
Aku mendengarkan suara itu. aku mengintip sedikit apa yang sebenarnya sedang terjadi. Terlihat seorang Dea dengan ditemani beberapa sahabatnya itu sedang membully salah satu siswi yang sekelas dengan kami.
Siswi itu bernama Fitria. Ia memang sering menjadi bulan-bulanan Dea dan teman temannya saat disekolah. Bagaimana tidak, pakaian dan segalah hal yang ada pada diri Fitria terkesan bukanlah barang yang mahal, nilainya pun pas-pasan. Saat orang-orang sedang asik mengobrol, Fitria sepeti tak tahu apa yang harus ia katakan.
Sosok-sosok seperti inilah yang mungkin menjadi target pembully seperti Dea. Pembully itu akan terus menjatuhkan Fitria dan terus menekannya, entah apa yang sebenarnya di untungkan dari yang dilakukannya itu pada Fitria.
Aku dapat melihat apa yang dilakukan oleh Dea bukan lagi perundungan secara verbal, melainkan sudah mulai bermain fisik.
Aku dapat melihat tangan Fitria yang segera menangkis tamparan dari Dea. Tentu hal ini membuat Dea kesal. Namun Fitria masih selamat oleh karena bel masuk sudah berbunyi, beberapa guru pun juga sempat terlihat melintasi lorong tempat mereka berada.
Fitria dengan pintar menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari jeratan anak-anak nakal. Aku kembali ke kelas, jam istirahatku habis terpakai untuk melihat bagaimana anak-anak nakal itu merendahkan seorang siswa pendiam di lorong tadi.
Aku melihat Fitria, ia tepat ada di sebelah kiri depanku, tidak terlalu jauh dari tempat dimana aku duduk. Aku benar-benar khasian, namun juga gemas mengapa ia tidak mencoba untuk melawan ketiga anak itu, mengapa ia hanya diam dan tak berkutik? Apakah ia takut?
Selama jam pelajaran yang tersisa, tak ada satupun materi yang sampai ke kepalaku, aku masih pusing memikirkan apa yang terjadi barusan. Ada rasanya aku ingin melaporkan hal tadi ke guru ataupun orang tua, namun aku masih baru dan tak mengenal siapa dirinya.
Sampai jam pelajaran habis, guru akhirnya membiarkan kami keluar. Aku tidak mengikuti arus murid-murid yang ingin keluar kelas dengan cepat, aku menghapiri anak pendiam itu dulu.
“Fit, lu kenapa sih?”