Mohon tunggu...
Aldin DJapari
Aldin DJapari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Already to fight with other, to save our nation and glory http://aldjapari.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Flores : Eksotisme Maumere

25 April 2014   00:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irama musik alam.. Merdu tiada kira.. Segarkan hati dan pikiran.. Merapatkan setiap bulir rahasia... - Terjebak dalam hutan belantara menuju Maumere. Selepas perbatasan Larantuka - Maumere, kita akan menemukan sebuah pasar tradisional (sistem hari pasar diberlakukan), setelah melewati kawasan gunung api. Sepanjang jalan terlihat bahwa daerah ini begitu subur. Warganya yang ramah, melontarkan senyum, atau sekedar melontarkan pertanyaan. Pasar tradisional itu hanya terlewatkan, ada niat sih mencari tenunan khas, namun menurut informasi, di kota selanjutnya kita bahkan bisa menyaksikan bibi (sapaan untuk ibu-ibu) menenun aksesoris khas daerah. Kembali tim dipecah untuk efektifitas memperoleh tumpangan. Saya selalu memilih menjadi tim yang terakhir, hanya sekedar untuk lebih menikmati suasana. Beberapa buah nenas, hasil pemberian warga menjadi cemilan saat menunggu tumpangan menuju Maumere. Beberapa pick-up melintas, ada pengangkut ikan, pengangkut sapi, bahkan ada yang pengangkut babi (kita sudah diperingatkan keras oleh supir). Hari semakin sore, dan akhirnya sebuah pick-up kosong siap mengantarkan kami menuju gathering selanjutnya yaitu Pasar Ikan Geliting - Maumere. Yang terekam sangat jelas di perjalanan adalah kebun kelapa milik warga. Selepas pegunungan, berjejeran rapi pohon-pohon kelapa penghasil kopra. Sangat luas dan banyak, sayangnya tidak ada satupun yang terekam kamera, mobil tumpangan melaju dengan kecepatan tinggi saat itu. Selain perkebunan kopra dipinggir pantai menuju Maumere, kita juga akan menemukan beberapa sawah dan savana. Yah, sepertinya tidak salah mengatakan bahwa Flores ternyata daerah subur. :)

- Pasar Ikan Geliting. Dengan berucap syukur dan terima kasih kepada supir tumpangan, akhirnya tim terakhir tiba di pasar ikan Geliting, 10-an km sebelum memasuki kota Maumere. Terletak di pinggir pesisir pantai, dan aktivitas pasar (bukan hanya tempat menjual ikan, namun lebih kepada situasi pasar pada umumnya), ada keramaian yang asing. Satu hal yang menjadi perhatian adalah bibi-bibi disini kebanyakan memakai sarung tenun untuk beraktivitas luar rumah. Penikmat sirih dan pinang juga masih banyak, dibandingkan dikampungku yang mulai tegerus arus modernisasi malah sirih-pinang mulai ditinggalkan. Tapi bukan berarti di Maumere ini juga belum terbelakang, namun saya kira beberapa warganya masih enggan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang terwariskan turun temurun. Hasil gathering dengan seluruh peserta, tim akhirnya memilih menginap disini. Tim cowok yang berjumlah tujuh orang akan menginap di masjid yang menghadap ke pantai (asyik), sedangkan yang cewek dibagi kerumah pak imam masjid dan keluarga kak Yanti. Di teras masjid, dan suara desiran ombak yang menghantam sea wall  dimalam sebelum tidur kita sempatkan untuk berkumpul (briefing) untuk mengevaluasi aktivitas hari ini dan untuk merencanakan kegiatan hari esok. Seorang penjaga masjid, Ibrahim, menemani bercerita malam itu. Ternyata dia berasal dari pulau Besar, di seberang pulau yang terlihat dari tempat ini. Datang untuk bersekolah katanya, juga berkat bimbingan pak imam masjid. Senang juga rasanya berkenalan dengan Ibrahim, pemuda Flores yang setidaknya berharap besar melalui pendidikan, sedari dini sudah mandiri, inilah hidup ! Sehabis bercerita, om Ron mulai bersantai di kantong tidur gantungnya, tak ketinggalan saya memilih di kursi karet, mencoba meresapi makna perjalanan ini, tak ada bintang, hanya angin kencang dan ombak yang menggulung menjawab segala jawaban keraguan hati. Tiba-tiba aku merasa ada rindu yang liar, kunikmati saja. Lalu malam pun merambat turun sampai akhirnya saya terbangunkan oleh shalawat masjid pertanda subuh mulai menjelang. Disaat yang lainnya tertidur selesai shalat Subuh, saya Om Ron, dan Faisal mengejar sun-rise, menyusuri pesisir pantai, melihat tumpukan sampah dan surutnya air menampakkan wajah karang-karang yang rusak. Selama kawu sodara (selamat pagi sahabat) :). - Tanjung Kajawulu, Fotogenik Area. Ada kenikmatan double pagi itu, sepulang mencari kopi asli dipasar, niatnya menyeduh kopi sendiri, ternyata kita sudah disuguhi teh dari tetangga masjid, ada lagi panggilan sarapan dari rumah pak imam, waduh jadi nggak enak. Hehe. Kita memang backpacker, tapi bukan selalu mengharap kebaikan orang bukan? tapi rejeki jangan ditolak lah. Irit bukan berarti segalanya harus gratis, tetapi meminimkan pengeluaran yang nggak perlu. thats the point. Pada intinya, apapun itu, mesti disyukuri karena semua orang punya hasrat berbuat baik. Setelah semuanya bersiap, pukul 8.30 Wita tim akhirnya berangkat menuju salah satu spot wisata terbaik Maumere, Tanjung Kajawulu, 30-an km dari pasar Geliting. Untuk menghemat pengeluaran kami menyewa pick-up dari toko bahan bangunan, teman perjalanan yang juga teman kuliah, Reza menjadi supir untuk perjalanan ini, karena memang cuma dia yang memiliki SIM. Hahaa Tanjung Kajawulu adalah wilayah pesisir Maumere, akses mudah dari kota, jalannya mulus dan tidak ribet menuju kesana. Sulit mengungkapkan pesona pemandangan dari spot Tanjung Kajawulu. Jalanan yang menikung, bukit-bukit savana, pesisir pantai yang lautnya hijau menyerupai cangkang kerang (bikin gak nahan buat berenang), relief batu cadas yang menahan gulungan ombak, Keren pokoknya. Maka dari itu, menurut pandangan personal, dari semua lokasi yang dikunjungi tim #SparklingMB jelajah Flores, tempat inilah yang paling fotogenik. :)

landscape photos by Yani Rahman

Sementara itu, disaat yang lainnya asyik berenang, saya malah menaiki bukit savana bersama Reza, dan Faisal. Ratusan anak tangga menjulang keatas bukit, dan di puncaknya terdapat patung salib, landmark area ini. Mungkin saja tempat ini semacam area peribadatan. Namun sekilas dari jauh, tempat ini malah seperti kuburan dengan salib sebagai nisan. Amazing ! view pemandangan dari tempat ini sangat mengagumkan. Saatnya untuk mengabadikan..Saatnya ambil gaya.. Hhe

Semenjak pertengahan tahun 2012, saya menaruh perhatian besar terhadap underwater, semacam kecanduan begitu. Siapa juga sih yang tidak tertarik dengan hal yang menakjubkan. Meskipun cuma beberapa area yang disisir pas snorkeling kemarin, beberapa teman sukses mengambil foto karang yang ada. Tidak terlalu banyak karang yang bagus didaerah ini, kabanyakan malah hancur, entahlah. Tapi lumayan bikin puas. Ombaknya dan pasir putihnya juga keren :) Kurang dari 12 jam lagi momentum pergantian tahun diperingati. Karena daerah Flores mayoritasnya beragama Nasrani, tim agak sulit untuk memperoleh tumpangan hari itu. Sementara rencana semalam, kita harus merayakan malam pergantian tahun di Desa Moni, yang berada di ketinggian Kelimutu, kabupaten Ende. Thanks to : - Penjawab segala keraguan, pemilik segala kebenaran, penguasa segalanya - Allah SWT - Makassar Backpacker : @mksbackpacker - Floresian, tekhusus keluarga kak Yanti , pak Imam Masjid : - all crew #SparklingMB - Eksplore the Extraordinary FLORES - gambar tambahan bisa diakses di www.instagram.com/aldjapari gunakan hastag #visitFlores #SparklingMB - cerita lainnya di blog om RON :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun