Dan diantara gagak-gagak yang berteriak, Hey jangan kau makan!! Di pucuk-pucuk jeritan di tengah malam, menyepi dengan gelimangan darahnya.. Melupa dahulu dia tak ingat Sungguh ironi tak ragu mencaci..gamblang Aku tak mau menghapus malam... Suaramu parau, sosokmu angkuh, menangan.. Sempatkanlah mandi adik kecil.. Senjamu belum matang, didulang kawan pernah masa silam Di tengah malam, menunggu pagi jelang..kelaparan Demi tak satupun yang didapat.. Hakmu bukan melarang, kau bukan Tuhan, Malaikat atau Setan Bukan pula Garuda! Demi Venus, kau salah.. Seharusnya ini adalah harapan suci memerdekakan diri Dalam robekan kertas-kertas berserakan Kutuklah menjadi sepotong sunyi Aku Melihat... Gagak-gagak bengis, makin kencang makin parau.. Usap dulu umbelmu! Jalang benar pagi ini? Menggigil sangat, dingin menyeka panasnya suasana Waktu menguap di sela-sela mulutmu, jari jemarimu Gerombolan belalang akan mendekati sawah, daripada Gagak yang mendekati bangkai Daun berguguran, mengusap basah tanah ini Menutup kering dengan hujan Dia salah asuh Dan tidur nyenyak di bawah sayup rembulan.. 21/02/2012 - Rumah, untuk pelupa yang tak ingat masa lalunya, menghujat esok paginya.. Senyumlah hari ini sampai mati nanti :)) // ( @Karkatuar )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H