Di Hargo Dalem inilah kita juga bisa menikmati berbagai pemandangan, dan beberapa burung yang terbang liar masih terdapat disini, sebut saja salah satunya Jalak Lawu. Setelah malam menjelang, gerimis turun dan kami beserta Pak Santoso malam itu menghangatkan badan di Warungnya Mbok Yem dengan berapi-api. Sementara itu di Makam Brawijaya para peziarah khusyuk berdoa, beberapa diantaranya sibuk menyatai kambing yang dibawanya dari bawah dan sempat kami temui di Pos 3 dan malam Satu Suro itupun cukup ramai pengunjung, baik pendaki yang ingin berziarah maupun yang sekedar penasaran dengan puncak Lawu.
Malam itu hujan turun semakin lebat, sehingga tenda kebanjiran dan kami harus tidur dalam keadaan menggigil karena alas tenda yang basah, yang membuat kami terlambat bangun untuk melihat sunrise karena semalaman sibuk mencari penghangat dan mengantisipasi banjir yang berebihan dengan mengurasnya dan membuat sanitasi di sekitaran tenda. Setelah gagal melihat sunrise, kami juga gagal melihat Edelweiss mekar. Disinyalir memang bukan musimnya, meski banyak tumbuh bunga Edelweiss di Hargo Dalem, bahkan di sabana-sabana menuju Pos 5.
Setelah matahari agak naik sekitar jam 9 pagi, kami bergegas ikut naik ke Hargo Dumilah atau Puncak tertinggi Lawu. Disini bisa ditemui sebuah Tugu yang digunakan untuk menandai titik tertinggi Gunung Lawu. Bahan bangunan untuk membangun tugu ini diantaranya batu, pasir dan semen sengaja asli dibawa dari bawah oleh beberapa pekerja lewat pendakian dan dipikul. Dari atas sana, bisa sangat menikmati pemandangan untuk berbagai arah. Setelah puas mencumbui panorama, kami bergegas turun. Herannya lagi, sinyal radio masih sempat tertangkap oleh radio butut yang dibawa teman saya.
Kami berkemas dan start turun sudah agak siang, sekitaran jam12 dan harus berpisah dengan Pak Santoso yang baik hati. Kami tiba dibawah sekitaran jam4 sore, dan ternyata salah satu teman kami melihat sosok perempuan berambut panjang pada siang hari di Hutan menuju pos 1 yang diduga kuat adalah penampakan Kuntilanak. Dan konon terdapat Pasar Setan namun lewat jalur Cemoro Kandang. Gunung Lawu selain menawarkan keramahan, pertemuan dengan orang tak terduga, tantangan, eksotika panorama dan juga kesakralan ternyata juga memberi pengalaman tak terlupakan buat pendaki pemula seperti saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H