Mohon tunggu...
alta gibralta
alta gibralta Mohon Tunggu... -

hanya seorang karyawan di perusahaan pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di kalimantan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lentera Kehidupan

28 Mei 2010   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:54 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia tetap manusia. Bukan malaikat. Rasulullah saw, sebagai hamba Allah teladan juga manusia. Ia tetap memiliki tabiat kemanusiaan. Karena, andai sosok teladan untuk manusia itu bukan manusia, sudah tentu tak ada manusia yang bisa mengikutinya. Dan artinya ia tak mungkin dijadikan teladan.

Karena itulah Rasulullah mengucapkan do’a: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku adalah manusia. Aku marah sebagaimana manusia marah. Maka siapa saja dari kaum muslimin yang merasa telah aku sakiti, aku caci, aku laknat dan aku cambuk, jadikanlah hal itu sebagai do’a dan pembersih yang akan mendekatkannya kepada_Mu pada hari kiamat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Meski tetap dengan kemanusiaannya, Rasul tetap memiliki predikat Al-Ma’shum (yang terpelihara dari dosa) karena keimanannya yang tinggi dan Allah swt merahmatinya dengan selalu meluruskannya dari kesalahan. Iman sajalah yang membuat Rasulullah memiliki kemauan baja, cita-cita tinggi dan mampu terhindar dari bisikan syetan melalui hawa nafsu.

ketahuilah. Syetan adalah pemangsa orang yang lemah semangat, tidak percaya diri, pesimistik, dan tidak kuat kemauannya. Orang-orang seperti itu mudah terjebak dengan bisikan syetan. Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, "Jika syetan melihat seseorang memiliki kemauan yang lemah, cita-cita yang rendah, condong mengikuti hawa nafsu, maka syetan sangat menginginkannya, membantingnya dan mengekangnya dengan kekangan hawa nafsu dan kemudian mengendalikannya ke arah mana yang ia kehendaki.

Tapi jangan juga menganggap kita mampu menaklukkan hawa nafsu karena kita merasa memiliki semangat tinggi, optimistik, sangat percaya diri, serta kuat kemauan. Karena sebenarnya perasaan seperti itu akan membuka celah syetan untuk menyelinap lalu menguasai hati. Ibnul Qayyim mengistilahkan hal ini dengan “perampasan dan pencurian" syetan. “Jika syetan merasa orang itu memiliki kemauan yang teguh, jiwa yang mulia dan cita-cita tinggi, maka ia tidak menginginkan orang tersebut kecuali dengan jalan perampasan dan pencurian," begitu uraian Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

Coba perhatikan perkataaan Ali radhiyallahu ‘anhu. Menurutnya, ada empat momen kebaikan tertentu, yang paling berat dilakukan. Yakni, memaafkan ketika marah, berderma ketika pelit, menjaga diri dari dosa (iffah) ketika sendirian, dan menyampaikan kebenaran pada orang yang ditakuti atau diharapkan."

Renungkanlah. Momen-momen seperti itu sebenarnya yang sering menjadi celah rawan perampasan dan pencurian syetan. Sulit sekali memberi maaf ketika justru amarah seseorang meluap dan dalam kondisi mampu melampiaskannya . . .Sangat sulit sekali memberi, apapun yang kita sendiri sangat membutuhkannya. Sangat sulit memelihara diri dari dosa, bila kesempatan untuk melakukannya berulangkali terbuka lebar di depan mata kita. Apalagi, kita tahu tak ada orang lain yang melihat tingkah kita saat itu. Seberapa mampu kita menyampaikan kebenaran kepada orang yang kita takuti? Atau kepada orang yang justru kita menanam harapan kepadanya? Saudaraku, pada momen-momen itulah, kita manusia seringkali tergelincir.

Ada satu kata sangat sederhana untuk mengatasinya. Keikhlasan. Itulah kuncinya. Ke-ikhlasan membawa seseorang mudah memaafkan di kala marah. Ikhlas juga yang menjadikan seseorang ringan memberi meski ia membutuhkan. Ikhlas, yang membuat seseorang tak memandang situasi dalam beramal dan menjauhi maksiat, meski tak seorangpun melihat. Keikhlasan juga yang membuat orang tak memandang risiko apapun dalam menyampaikan kebenaran.

Berkat ikhlas, Rasulullah saw tercatat berhasil melewati momen-momen yang dianggap paling sulit tersebut. Rasul adalah sosok yang paling mudah memberi maaf, paling banyak memberi laksana angin, paling terpelihara dari penyimpangan%

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun