Memahami Risiko Digital: Bagaimana Segmentasi Pengguna Mengubah Wajah Keamanan Informasi
Keamanan informasi telah menjadi salah satu pilar penting dalam dunia digital, namun seringkali elemen manusia dianggap sebagai titik lemah dalam sistem ini. Damjan Fujs, Simon Vrhovec, dan Damjan Vavpoti dalam artikel ilmiah mereka berjudul Know Your Enemy: User Segmentation Based on Human Aspects of Information Security (2021) mengungkapkan bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan strategi pelatihan yang lebih adaptif. Berdasarkan data mereka, 83% dari responden penelitian adalah mahasiswa penuh waktu, dengan rata-rata usia 24 tahun, menunjukkan populasi yang sangat bergantung pada teknologi, tetapi rentan terhadap ancaman keamanan informasi.
Pendekatan tradisional untuk pelatihan keamanan informasi cenderung satu ukuran untuk semua, sehingga seringkali tidak efektif dalam meningkatkan kesadaran keamanan individu. Sementara itu, pelatihan yang sepenuhnya personal membutuhkan biaya besar dan sulit diimplementasikan secara luas. Di sinilah pendekatan segmentasi memainkan peran penting. Dengan memanfaatkan Human Aspects of Information Security Questionnaire (HAIS-Q), penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga kelompok pengguna berdasarkan tingkat risiko mereka terhadap keamanan informasi: rendah, sedang, dan tinggi.
Statistik menunjukkan bahwa 70,9% responden penelitian adalah perempuan, dengan tingkat partisipasi 17,1%. Pendekatan segmentasi memungkinkan pelatihan yang relevan untuk setiap kelompok pengguna, seperti meningkatkan pengetahuan tentang manajemen kata sandi atau pelaporan insiden bagi pengguna berisiko tinggi. Artikel ini menggambarkan bagaimana segmentasi dapat menjadi solusi efisien untuk menjembatani kebutuhan pelatihan keamanan yang lebih personal tanpa membebani anggaran atau sumber daya.
***
Pendekatan segmentasi dalam pelatihan keamanan informasi yang diusulkan oleh Fujs dkk. (2021) memberikan solusi yang praktis untuk mengatasi kelemahan pendekatan tradisional dan personal. Dengan menggunakan algoritma TwoStep clustering, penelitian ini membagi 165 mahasiswa menjadi tiga kelompok berdasarkan skor mereka pada tujuh area fokus HAIS-Q, seperti penggunaan media sosial dan manajemen kata sandi. Kelompok pengguna risiko rendah menunjukkan skor tertinggi di semua area, sementara kelompok risiko tinggi membutuhkan pelatihan intensif, terutama dalam penggunaan internet, media sosial, dan pelaporan insiden.
Statistik penelitian menunjukkan bahwa pengguna risiko tinggi memiliki skor rata-rata di bawah 2 pada skala 1-5 di beberapa area fokus. Kelompok ini juga hanya terdiri dari 4 individu, menunjukkan bahwa meskipun jumlahnya kecil, potensi ancaman mereka terhadap keamanan sistem informasi signifikan. Sebaliknya, pengguna risiko sedang mencatat skor yang lebih baik, tetapi masih memerlukan peningkatan di semua area HAIS-Q dibandingkan dengan pengguna risiko rendah.
Keunggulan pendekatan ini terletak pada fleksibilitasnya dalam menyeimbangkan personalisasi dan efisiensi biaya. Dengan hanya membuat tiga rencana pelatihan terfokus, perusahaan dapat menghemat waktu dan sumber daya dibandingkan dengan pengembangan 165 rencana pelatihan individu seperti yang diperlukan dalam pendekatan personal. Selain itu, pendekatan ini meningkatkan relevansi materi pelatihan, mengurangi kebosanan, dan meningkatkan motivasi pengguna.
Dampaknya tidak hanya terbatas pada pelatihan. Segmentasi juga memberikan wawasan berharga bagi pengembangan sistem informasi yang lebih aman. Dengan mengidentifikasi kelompok risiko tinggi, organisasi dapat mengintegrasikan langkah-langkah keamanan tambahan, seperti pembatasan akses sementara, hingga pengguna tersebut memenuhi standar keamanan yang diharapkan. Pendekatan ini menawarkan solusi yang tidak hanya meningkatkan pelatihan tetapi juga memperkuat ketahanan keamanan sistem secara keseluruhan.
***
Pendekatan segmentasi berbasis HAIS-Q yang diusulkan Fujs dkk. (2021) menunjukkan potensi besar untuk merevolusi pelatihan keamanan informasi. Dengan membagi pengguna ke dalam kelompok berdasarkan tingkat risiko mereka, pendekatan ini menjembatani kesenjangan antara pelatihan tradisional yang tidak relevan dan pelatihan personal yang mahal. Keuntungan utamanya meliputi efisiensi biaya, peningkatan motivasi pengguna, dan fleksibilitas dalam perencanaan pelatihan.
Namun, keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kualitas data yang dikumpulkan dan algoritma yang digunakan. Oleh karena itu, pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk mengintegrasikan instrumen pengukuran otomatis guna meningkatkan akurasi segmentasi. Selain itu, penerapan pendekatan ini pada populasi yang lebih beragam akan memberikan wawasan yang lebih luas.
Secara keseluruhan, segmentasi pengguna tidak hanya menjadi strategi pelatihan yang efisien tetapi juga alat yang kuat untuk meningkatkan keamanan sistem informasi. Dengan memanfaatkan data berbasis perilaku, organisasi dapat menciptakan solusi yang lebih adaptif dan responsif terhadap ancaman keamanan informasi yang terus berkembang. Langkah ini tidak hanya mendukung keamanan digital tetapi juga membantu membangun budaya keamanan yang lebih baik di era teknologi yang semakin kompleks.
Referensi
Fujs, D., Vrhovec, S., & Vavpoti, D. (2021). Know your enemy: User segmentation based on human aspects of information security. IEEE Access, 9, 157306--157315. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2021.3130013Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H