Mohon tunggu...
Alsy Amalia Jasmine Muin
Alsy Amalia Jasmine Muin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Science and Technology Enthusiast, gemar membaca buku, mendengarkan musik, dan permainan asah otak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sistem Interaksi Cerdas: Meningkatkan Respons Emosi dengan Model Multi-Modality Berbabis GCN

30 November 2024   23:07 Diperbarui: 30 November 2024   23:07 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem Interaksi Cerdas: Meningkatkan Respons Emosi dengan Model Multi-Modality Berbasis GCN

Kemajuan teknologi telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan perangkat elektronik. Sistem interaksi manusia-komputer modern menuntut pemahaman emosi yang mendalam untuk menciptakan pengalaman pengguna yang personal dan intuitif. Namun, teknologi yang ada saat ini masih terbatas dalam memahami kompleksitas emosi manusia, yang sering kali bersifat multi-dimensi dan multi-modal. Dalam artikel A Two-Stage Multi-Modal Multi-Label Emotion Recognition Decision System Based on GCN karya Weiwei Wu, Daomin Chen, dan Qingping Li (2024), penelitian ini mengusulkan model berbasis graph convolutional networks (GCN) untuk menangkap emosi dari data teks, audio, dan visual secara lebih akurat.

Melalui evaluasi pada dataset IEMOCAP, MELD, dan CMU-MOSEI, model ini menunjukkan peningkatan performa yang signifikan dibandingkan metode tradisional. Misalnya, akurasi pada dataset MELD meningkat hingga 7,93%, sementara pada dataset IEMOCAP, peningkatan mencapai 3,96%. Data ini menggambarkan potensi besar model GCN untuk mengatasi tantangan yang dihadapi teknologi pengenalan emosi sebelumnya, seperti kehilangan informasi antar-modality dan kesulitan dalam interpretasi hubungan antar-fitur.

Dengan fusi fitur dua tahap yang inovatif, sistem ini mampu mempertahankan detail spesifik dari setiap modality sekaligus mengintegrasikan informasi secara holistik. Hal ini sangat relevan mengingat kebutuhan akan sistem yang lebih responsif di era digital saat ini, di mana teknologi seperti asisten suara dan rumah pintar semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini menegaskan pentingnya penelitian lintas bidang yang menggabungkan kecerdasan buatan, pengolahan sinyal, dan psikologi untuk menciptakan sistem yang lebih manusiawi.

***

Pengenalan emosi dalam interaksi manusia-komputer telah menjadi area penelitian yang berkembang pesat, seiring dengan semakin pentingnya teknologi yang dapat memahami dan merespons emosi penggunanya. Sistem yang dapat menafsirkan emosi tidak hanya akan meningkatkan pengalaman pengguna, tetapi juga membuka peluang untuk aplikasi yang lebih canggih, seperti asisten suara yang lebih empatik atau sistem kendaraan pintar yang dapat beradaptasi dengan kondisi emosional pengemudi. Artikel yang ditulis oleh Weiwei Wu, Daomin Chen, dan Qingping Li ini menawarkan pendekatan baru dalam pengenalan emosi multi-modal, yang menggabungkan data teks, audio, dan visual untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan graph convolutional networks (GCN), yang efektif dalam menangkap hubungan antar berbagai jenis data yang berasal dari modality yang berbeda. Pendekatan ini mengatasi masalah yang sering dihadapi oleh sistem pengenalan emosi tradisional, seperti kesulitan dalam menggabungkan data multi-modal yang berbeda dan masalah ketergantungan antar fitur. Dengan menggunakan fusi fitur dua tahap, model ini menggabungkan informasi dari teks, audio, dan video dengan cara yang lebih terstruktur dan presisi, memastikan bahwa masing-masing modality memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pengenalan emosi.

Evaluasi pada tiga dataset besar -- IEMOCAP, MELD, dan CMU-MOSEI -- menunjukkan bahwa model ini jauh lebih unggul daripada model-model sebelumnya. Misalnya, pada dataset IEMOCAP, model ini mencatatkan peningkatan akurasi sebesar 3,96%, sementara pada MELD, angka peningkatannya bahkan mencapai 7,93%. Peningkatan ini menunjukkan betapa efektifnya pendekatan GCN dalam meningkatkan akurasi pengenalan emosi yang kompleks dan multi-label. Penambahan mekanisme label attention dalam model ini juga memberikan kontribusi besar terhadap pengenalan emosi yang lebih akurat, dengan menyesuaikan bobot yang diberikan pada berbagai elemen yang relevan di setiap modality.

Namun, meskipun sistem ini memperlihatkan kemajuan yang signifikan, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi. Salah satunya adalah pengelolaan data berskala besar dan kompleksitas model yang tinggi, yang dapat menghambat implementasi pada skala yang lebih luas. Sistem ini membutuhkan pengaturan hyperparameter yang tepat untuk mengoptimalkan performa, dan pengolahan data yang lebih efisien. Oleh karena itu, meskipun model ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, tantangan terkait skalabilitas dan kompleksitas tetap menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangannya lebih lanjut.

***

Penelitian ini memberikan kontribusi besar dalam pengembangan sistem interaksi manusia-komputer yang lebih cerdas dan adaptif, dengan memanfaatkan pengenalan emosi multi-modal berbasis graph convolutional networks (GCN). Model yang diusulkan oleh Weiwei Wu, Daomin Chen, dan Qingping Li menunjukkan bagaimana fusi data dari berbagai modality (teks, audio, dan video) dapat menghasilkan pengenalan emosi yang lebih akurat dan responsif. Peningkatan akurasi yang signifikan, seperti yang terlihat pada dataset MELD (7,93%) dan IEMOCAP (3,96%), menunjukkan potensi besar teknologi ini dalam meningkatkan kualitas interaksi dengan perangkat digital.

Namun, meskipun model ini menawarkan kemajuan yang signifikan, tantangan terkait pengolahan data dalam skala besar dan pengaturan hyperparameter tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi. Untuk itu, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sistem ini, terutama dalam hal pengurangan kompleksitas komputasi dan penerapannya dalam lingkungan dunia nyata. Meskipun demikian, implikasi dari penelitian ini sangat luas, mulai dari aplikasi dalam asisten suara, sistem rumah pintar, hingga kendaraan otonom yang mampu merespons emosi pengemudi.

Secara keseluruhan, model ini membuka jalan bagi teknologi yang lebih manusiawi dan personal dalam sistem interaksi manusia-komputer. Dengan terus mengembangkan kemampuan model ini untuk menangani data yang lebih besar dan lebih beragam, kita dapat memasuki era baru di mana mesin tidak hanya memahami perintah manusia, tetapi juga merespons emosi mereka dengan cara yang lebih sensitif dan empatik.

Referensi

Wu, W., Chen, D., & Li, Q. (2024). A two-stage multi-modal multi-label emotion recognition decision system based on GCN. International Journal of Decision Support System Technology, 16(1), 1--17. https://doi.org/10.4018/IJDSST.352398 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun