Mohon tunggu...
Alsya Kyen Qutrunada
Alsya Kyen Qutrunada Mohon Tunggu... Teknisi - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

hobi mandi

Selanjutnya

Tutup

Book

Indahnya Berdamai dengan Ketidaksempurnaan Diri

7 Desember 2022   19:51 Diperbarui: 7 Desember 2022   20:16 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul                  : What's the matter with              

Insecurity Life

Penulis               : Syamsul Arifin

Penerbit             : Buku Bijak

ISBN                  : 978-623-5436-04-3

Tahun terbit       : 2022

Ketebalan          : xii + 128 hlmn; 13,5 x 20 cm

Harga buku        : Rp 53.000,00

Peresensi            : Alsya Kyen Qutrunada/202210140311262/1A/

Teknik Industri

"Tidak ada yang sempurna. Bahkan orang yang paling percaya diri pun memiliki insecure. Pada titik tertendu dalam hidup kita, kita mungkin merasa kekurangan sesuatu. Itu kenyataan. Kita harus berusaha hidup sesuai kemampuan kita." (Hlmn. 100).

Pada bagian I berjudul "Mengenal Insecurity" dengan judul bab pertama "Apa Sih Insecure Itu?", penulis menjelaskan bahwa kata insecure diambil dari bahasa inggris yang mana secure berarti aman, sedangkan security berarti keamanan. Kata depan in berarti tidak, sehingga dapat diartikan tidak aman, dan insecurity berarti ketidakamanan dalam Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, insecure adalah sebuah kondisi mental yang menyebabkan seseorang merasa "tidak aman". Perasaan tidak aman pada insecure pada umumnya meliputi perasaan tidak percaya diri, malu, takut, gelisah, cemas, dan sejenisnya yang disebabkan oleh rendahnya penilaian seseorang terhadap dirinya.

Penulis mengatakan bahwa hampir setiap orang pernah mengalami rasa insecure. Itu terjadi karena sesuai ungkapan "Di atas langit masih ada langit" maka seseorang pasti akan selalu bertemu dengan orang yang "lebih". Hal inilah salah satu yang sering membuat mereka merasa inferior atau insecure, yaitu saat berhadapan dengan orang yang mereka anggap "lebih" dari diri mereka.

Penulis juga menyebutkan sejumlah gejala umum yang terlihat dari orang insecure, diantaranya adalah merasa rendah diri/tidak percaya diri, mengisolasi diri/menghindari interaksi dengan orang lain, perfeksionis, tidak ingin keluar dari "zona nyaman", haus akan pengakuan dari orang lain, lebih mudah cemas/lebih suka menghindar, serta memiliki kepercayaan yang "tipis" terhadap pasangan.

Penulis melanjutkan bahwa rasa inferior sendiri adalah hal yang membuat seseorang merasa tidak mampu menghadapi suatu tantangan, atau dengan kata lain dianggap tidak memenuhi standar tertentu atau ekspektasi dari diri sendiri. Orang yang insecure cenderung selalu merasakan cemas, takut tidak mampu, yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan diri sendiri.

Pada bab kedua, penulis membahas tentang faktor-faktor yang berpotensi menybebabkan insecure, diantaranya adalah overthinking/berpikir berlebihan, terlalu fokus pada kekurangan diri sendiri, pernah mengalami kegagalan, adanya kecemasan berlebih, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, serta pernah mengalami bullying. Adapun dua faktor penting yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami insecure, yaitu menderita gangguan mental sejak awal dan pernah mengalami kejadian traumatis di masa lalunya.

Pada bab ketiga, penulis membahas pengaruh negatif dari rasa insecure yang sering kali menimbulkan perilaku atau pemikiran depresif, terutama jika rasa tidak aman itu disertai dengan keyakinan dan pola pikir yang salah. 

Hal itu tentu akan mengganggu kesejahteraan mental tiap individu. Adapun bebrapa pengaruh negatif, diantaranya adalah yang pertama, krisis percaya diri yang mana ke depannya dapat menimbulkan berbagai masalah yang mengganggu seperti selalu ragu dalam bertindak, selalu menghindar, dan sangat sensitif; kedua, muncul perilaku buruk, contohnya seperti melakukan diet ekstrem, prestasi memburuk, dan melakukan Tindakan berisiko; ketiga, menjadi Queen/King of Drama;  keempat, menghambat diri untuk maju dan berkembang; kelima, disalahpahami oleh orang lain; dan yang terakhir, depresi.

Di bagian II berjudul "Jenis-Jenis Insecurity", penulis mengawali bab pertamanya dengan judul "Insecure Karena Ketidaksempurnaan". Contoh yang pertama adalah fisik yang tidak menarik. Penulis menegaskan bahwa rasa insecure tentang fisik diri sendiri adalah jenis insecure yang muncul berdasarkan ketidaksempurnaan seperti wajah yang berjerawat, pipi yang chubby, atau badan yang gemuk. Penulis juga menambahkan bahwa penampilan fisik jangan jadi penghambat untuk maju atau meraih cita-cita, juga jangan jadikan penilaian orang lain sebagai patokan kelayakan dirimu. Contoh yang kedua adalah pencapaian yang tidak sesuai ekspektasi.

Rasa insecure memunculkan sifat perfeksionis dalam diri sehingga saat menghadapi hal-hal yang di luar ekspektasi akan membuat seorang individu langsung down. Sifat perfeksionis memiliki sisi baik sekaligus sisi buruk. Perfeksionis akan membuat orang terpacu dan bersemangat untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin  dan menghasilkan hasil yang terbaik. Namun, kadang sifat perfeksionis membuat pikiran "tidak sehat", saat suatu hal berjalan tidak sesuai keinginan.

Pada bab keduanya yang berjudul "Insecure Karena Kegagalan", penulis menyampaikan bahwa banyak orang yang memiliki sifat iri ketika orang tersebut gagal sedangkan orang lain berhasil. Penulis juga meyakinkan pembacanya bahwa hidup ini bukanlah perlombaan lari melawan orang lain. Yakin saja kalau semua ada masanya, semua ada waktunya masing-masing. Hargailah perjuangan diri sendiri, gagal setelah mencoba itu artinya sudah mulai berjalan menuju kesuksesan. Orang yang insecure sering lebay, menganggap sekali gagal adalah kegagalan selamanya, akibatnya ia tidak akan pernah bisa maju. Padhal itu sangatlah tidak benar. Tidak harus memiliki hasil yang sempurna untuk meraih kesuksesan.

Pada bab selanjutnya yang berjudul "Insecure Karena Kecemasan Sosial", penulis memaparkan bahwa orang yang insecure sering tiba-tiba merasa sedih dengan pikiran yang bermacam-macam alias overthinking, apalagi obagi orang yang menginjak usia dewasa cenderung cemas akan masa depannya. Orang insecure rata-rata "buta" dengan apa yang sebenarnya mereka inginkan, oleh karena itu, mereka selalu overthinking tentang hal-hal yang bahkan belum terjadi sekalipun. Orang yang insecure tentu saja khawatir saat sadar bahwa mereka belum mempersiapkan diri untuk masa depan. 

Selain itu, orang insecure juga terkenal sangat introvert. Mereka sulit bahkan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang baru. Mereka cenderung memiliki rasa takut dan merasa tidak aman dengan society. Mereka takut akan diejek atau dimarahi apabila ada salah perkataan ataupun perilaku. Mereka takut dijadikan bahan omongan, takut dibully, takut disepelekan, bahkan takut tidak dihargai. Oleh karena itu, orang yang insecure butuh didampingi orang yang cukup dekat dengan mereka saat harus memasuki lingkungan yang baru.

Pada bagian III yang berjudul "Berdamai dengan Insecurity", di bab pertamanya dengan judul "Mengenali dan Mencintai Diri Sendiri", penulis menyampaikan bahwa cara yang paling utama untuk berdamai dengan rasa insecure adalah dengan mulai menerima diri sendiri. Untuk bisa menerima diri sendiri, kuncinya adalah dengan memahami bahwa setiap orang diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing yang membuat setiap individu itu unik. Sehingga, sangatlah wajar jika suatu kekurangan membuat seseorang tidak nyaman. 

Cobalah untuk menerima kekurangan yang dimiliki sebagai manusia biasa. Jadikan kekurangan itu sebagai kekuatan. Saatnya focus pada diri sendiri dan teruslah menggali potensi yang ada di dalam diri sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Memahami karakter diri akan memudahkan langkah pembaca dalam mengetahui dan mengembangkan apa yang sebenarnya menjadi pasionnya. Harapannya agar pembaca bisa fokus dengan tujuan dan prosesnya, yaitu fokus untuk mengembangkan diri daripada terus-terusan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Pada bab keduanya dengan judul "Mengenali dan Mencintai Orang Lain", penulis menyampaikan bahwa lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk pribadi dan pemikiran seseorang dalam kehidupannya. Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang positif dan suportif karena mereka bisa menentukan sifat dan karakteristikmu dalam menyikapi hidup. Penulis juga menegaskan bahwa setiap manusia selama masih hidup akan terus menemui masalah. Semua orang menanggung beban hidup masing-masing. Akan tetapi yang berbeda hanyalah, ada yang memilih memperlihatkan bahwa mereka sedang kesusahan, namun ada pula yang memilih untuk menyembunyikannya

Pada bab terakhir yang berjudul "Mengejar Kebahagiaan", penulis menasihati pembaca dengan menyampaikan bahwa saat mengalami kesedihan, termasuk rasa insecure, setiap orang memiliki pilihan dan kesempatan untuk brtahan dalam belenggu kesedihan itu atau mengejar kebahagiaannya. Insecurity membuat perasaan takut dan tidak aman akan selalu dating dan menjadikan seseorang mengabaikan rasa yang sedang dialami. 

Tidak lupa penulis menyebutkan beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari dampak buruk akibat rasa insecure, diantaranya adalah membangun harga diri dan keyakinan diri, temukan kelebihan dan keunikan diri, membuang pikiran negatif, selalu bersyukur, berani keluar dari zona nyaman, menjadikan kegagalan sebagai motivasi, dan yang terakhir lakukan konsultasi dengan ahlinya.

Buku ini disajikan dengan susunan kata yang ringan, sehingga dapat menarik minat baca untuk semua kalangan sekalipun. Penulis terkesan memiliki pembawaan yang ramah yang mana dapat membuat pembaca merasa dekat dengan penulis. Buku ini dibuat untuk menolong orang-orang yang memiliki ketidakpercayaan diri yang mana sangatlah bermanfaat untuk banyak orang.

Meskipun demikian, ada kekurangan atau kelemahan dalam buku ini. Penulis terlalu sering menuliskan kalimat tanya, juga terlalu banyak menyampaikan permisalan yang mana hal tersebut membuat tidak fokus terhadap point bacaan.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk orang yang memiliki rasa tidak percaya diri, takut bersosialisasi, serta orang-orang yang selalu merasa dirinya "kurang". Pembaca buku "What's Matter With Insecurity Life" diharapkan dapat mengevaluasi dirinya, sehingga membuat perubahan atas dirinya sendiri agar lebih bersyukur serta berdamai dengan kekurangan yang mereka miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun