Mohon tunggu...
Antonius Lucas Subekty
Antonius Lucas Subekty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Isteri Lusiana Maria Widya Permana Sari Anak 1 Felisitas Arum Permana Nina Prastiwi Anak 2 Agata Laras Permana Gita Prastiwi Anak 3 Antonius Satya Permana Tyas Prastiwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Perlu: Tumpah Darah Indonesia?

20 Oktober 2015   09:15 Diperbarui: 20 Oktober 2015   09:33 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menguatkan identitas terjadi saat mempertajam patriotisme. Tanah Air itu tumpah darah dan tempat tumbuh kembang individu yang memilih NKRI. Itu harga mutlak yang dipertahankan penuh tanggungjawab. Kalimat-kalimat ini dibaca Sarpento Ular dalam bulletin Komunitas Ini. Semangat belajar mewarnai setiap individu mulai dari kanak-kanak. Ada gerakan dari dalam diri mengajak individu mau bertanggungjawab pada hidupnya. Kesadaran ini muncul karena ada keyakinan kita yang lemah ini dikuatkan dimensi Ilahi. Hasilnya adalah hidup benar dan menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama. “Kami masih melihat antara yang tertulis dan kenyataan, beda! Bagaimana sikap yang benar di hadapan fakta seperti itu?” Juniors mengaku gamang bersikap di dunia nyata sekarang ini.

Selama fokus dititikberatkan pada realita ‘sini dan kini’; yang muncul adalah fakta. Kemauan belajar dari masa lalu, membuat lebih arif. Informasi dan data dari luar perlu dipelajari. Biarkan itu sebagai bahan tambahan refleksi. Kita perlu belajar dari mana saja. Sikap antisipatif lebih tepat daripada reaktif. Ada banyak hal bisa dipersiapkan dengan baik selagi keadaan baik-baik. Sikap tenang dan memiliki tujuan jelas ke depan adalah modal untuk bersikap tepat. Saat melihat perbedaan tulisan dan realita, tetap ambil pelajaran agar bisa mengatur dengan penuh tanggungjawab. Bagaimana memelihara? Setiap individu punya tanggungjawab. Awali dengan baik dalam keluarga.

Perkokoh relasi internal dengan saling berkomunikasi efektif. Kasih dukungan jika sudah bagus biar meningkat. Kasih pertolongan jika salah biar segera berubah jadi benar. Hal-hal sederhana ini konsisten dilakukan keluarga Sneklin dan Sarpento. Anak-anak sudah dewasa dan memilih hidup bersama keluarga. Tetap terjalin komunikasi intens. Apalagi Komunitas ini punya forum diskusi ajang komunikasi lintas generasi. Toleransi dan ‘open mind’ membuat setiap individu sadar membangun patriotisme kokoh. Sedari kanak-kanak muncul dorongan menyintai sesama dan negeri sepenuh hati. Satu lagi dari Komunitas Ini. Setiap individu sadar menyintai tumpah darah dan sesama adalah rekan seperjalanan selama masih di dunia. Di sini bisa! Di situ?

Saatnya mendengarkan suara hati…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun