Konflik Palestina-Israel adalah salah satu konflik yang paling lama dan kompleks di dunia. Selama lebih dari tujuh dekade, ketegangan ini telah mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi kedua belah pihak dan menjadi sumber ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. Mengingat kompleksitas konflik ini, solusi yang berkelanjutan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan inklusif. Artikel ini akan membahas gagasan-gagasan utama untuk resolusi konflik Palestina-Israel, mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat membantu mencapai perdamaian yang langgeng.
1. Pendekatan Dua Negara
 Pendekatan Dua Negara Pendekatan dua negara mengacu pada pembentukan negara Palestina  berdampingan dengan negara Israel dan merupakan salah satu solusi yang paling banyak dibicarakan. Konsep ini pertama kali muncul pada tahun 1947 dalam Resolusi PBB 181, yang merekomendasikan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara: Yahudi dan Arab.
 Proyek Implementasi
- Perbatasan yang diakui secara internasional: Salah satu tantangan terbesar adalah menetapkan perbatasan yang adil bagi kedua negara.Salah satu perbatasan potensial yang diusulkan adalah perbatasan tahun 1967, yang berpotensi bertukar wilayah untuk memperhitungkan perubahan demografi dan pemukiman Israel di Tepi Barat.
- Situasi Yerusalem: Yerusalem, kota suci  tiga agama besar, harus menjadi bagian dari solusi. Salah satu idenya adalah menjadikannya kota internasional atau mengatur statusnya agar dapat diterima oleh kedua belah pihak. Penawaran melalui pengelolaan bersama atau sistem pengelolaan multilateral dapat dipertimbangkan.
- Masalah pengungsi: Solusi terhadap masalah pengungsi Palestina yang mencakup hak untuk kembali dan kompensasi merupakan bagian penting dari solusi ini. Proses perundingan harus mencakup solusi kompensasi dan pemukiman kembali bagi pengungsi ke negara tetangga atau ke Palestina (Wirengjurit, 2023).
2. Kesepakatan Berbasis Wilayah dan Keamanan
 Perjanjian berbasis teritorial dan keamanan Perselisihan ini seringkali melibatkan masalah keamanan dan pengakuan.Sebuah perjanjian yang menekankan  keamanan  dan pengakuan bersama dapat membantu mengatasi kekhawatiran kedua belah pihak.
  Keamanan
- Zona Demiliterisasi: Menciptakan zona demiliterisasi di wilayah sensitif, seperti perbatasan dan sekitar Yerusalem, untuk mengurangi ketegangan militer dan menghindari potensi konflik.
- Pengawasan Internasional: Penerapan pengawasan internasional oleh badan-badan PBB atau pihak ketiga yang netral membantu memastikan kepatuhan terhadap Perjanjian dan memerangi pelanggaran.
 Pengakuan dan Normalisasi
- Pengakuan Negara Palestina: Israel harus mengakui hak hidup Negara Palestina. Pengakuan ini penting untuk stabilitas jangka panjang dan memberikan legitimasi internasional kepada negara Palestina.
- Normalisasi Hubungan: Lebih banyak dukungan terhadap proses perdamaian dengan mendorong normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab lainnya, seperti yang ditunjukkan oleh normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab melalui Abraham Kesepakatan (Vitry, 2023).
3. Diplomasi Multilateral
Pendekatan multilateral melibatkan berbagai negara dan organisasi internasional dalam proses perdamaian. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan global dan regional akan membantu memberikan tekanan yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang adil.
Peran PBB
Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Internasional Penyelesaian perselisihan: Perserikatan Bangsa-Bangsa harus terus memainkan peran aktif dalam memfasilitasi negosiasi dan memantau pelaksanaan Perjanjian. Mandat baru dan reformasi mandat PBB di kawasan dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan efektivitasnya.
Bantuan ekonomi dan kemanusiaan.
Dukungan internasional dalam bentuk bantuan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan bantuan kemanusiaan sangat penting untuk meningkatkan kondisi kehidupan di wilayah Palestina dan memfasilitasi transisi menuju perdamaian. Peran Negara-negara Besar Komitmen Negara-negara besar yang memiliki pengaruh signifikan di Timur Tengah, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara Uni Eropa, harus berperan aktif dalam memediasi dan mendorong dialog antara Israel dan Palestina (Aji, 2019).
4. Keterlibatan Masyarakat Sipil
Keterlibatan masyarakat sipil dan inisiatif dari bawah ke atas sangat penting untuk membangun dukungan yang luas terhadap perdamaian dan rekonsiliasi.
Program Pertukaran dan Pendidikan
- Program Pertukaran: Mendorong program pertukaran budaya dan pendidikan antara warga Palestina dan Israel untuk membangun pemahaman dan mengurangi prasangka.
- Pendidikan Perdamaian: Mengintegrasikan pendidikan perdamaian ke dalam kurikulum sekolah di kedua belah pihak dapat membantu menanamkan nilai-nilai toleransi dan menghormati perbedaan.
Inisiatif Masyarakat Sipil
Organisasi Non-Pemerintah: Mendukung organisasi non-pemerintah (NGO) yang bekerja di lapangan untuk mengatasi ketegangan dan mendukung rekonsiliasi. Organisasi ini dapat berperan dalam memberikan bantuan, mediasi, dan membangun jembatan antara komunitas. (Anam, 2024)
Kesimpulan
Resolusi konflik Palestina-Israel memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan berbagai aspek dan aktor dari berbagai tingkat. Solusi yang berkelanjutan akan mencakup pembentukan negara Palestina yang berdampingan dengan Israel, penyelesaian masalah keamanan, pengakuan, dan normalisasi hubungan, serta peran aktif masyarakat internasional dan masyarakat sipil. gagasan-gagasan ini memerlukan tekad politik yang kuat, dukungan internasional yang konsisten, dan komitmen dari semua pihak yang terlibat. Meskipun tantangan besar tetap ada, dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, ada kemungkinan untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi di kawasan ini.