Mohon tunggu...
Devi Yustika Nurbayan
Devi Yustika Nurbayan Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Banyak hal yang belum mampu terdefinisi oleh diri. Menyadari akan pentingnya suatu definisi maka diri perlu banyak memahami dan mempelajari akan kehidupan yg haqiqi. Sejatinya kehidupan inilah yg memberi banyak definisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tentunya Aku

26 Desember 2018   20:30 Diperbarui: 29 Desember 2018   02:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersandar ditembok biru

Pulihkan aroma tubuh semakin kiat tuk bekerja
Sendok yang kudentingkan pada cangkir, nyaris tak berbunyi
Karena plastik tak khas-kan suara bagai kaca.

"Ketoprak-ketoprak" dengungkan bumi pukul tiga sore
Sandal kayu khas mbah tinggalkan jejak pada lamunan sunyi
Seolah telah konfromi keroncong perut dengan suara mbah.

Menjadi geli teringat sang surya,
Memergoki uang melayang tiap pukul tiga sore.
***
Tentunya aku
Tentunya aku
Terpongah ketika disuruh diam
Ahli sembunyikan rentanan hati
Ketika kalender tunjukan akhir bulan
Pada pukul tiga sore

Ketoprak bersamaku
Membuat pongah atas rentanan hati
Mengenang inisal N berkunjung damai gigilkan sanubari
Kriuk toge memanggil air mata basahi pipi
Rupanya bersandar di tembok biru tak kiatkan diri bekerja

Lain, menyalahkan toge upayakan syaraf memori bekerja

Tentunya aku
Kecap rasa saja lebamkan mata
Menghentikannya pun tak kuasa

Tentunya aku
Silemah hati dalam memori.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun