Bersandar ditembok biru
Pulihkan aroma tubuh semakin kiat tuk bekerja
Sendok yang kudentingkan pada cangkir, nyaris tak berbunyi
Karena plastik tak khas-kan suara bagai kaca.
"Ketoprak-ketoprak" dengungkan bumi pukul tiga sore
Sandal kayu khas mbah tinggalkan jejak pada lamunan sunyi
Seolah telah konfromi keroncong perut dengan suara mbah.
Menjadi geli teringat sang surya,
Memergoki uang melayang tiap pukul tiga sore.
***
Tentunya aku
Tentunya aku
Terpongah ketika disuruh diam
Ahli sembunyikan rentanan hati
Ketika kalender tunjukan akhir bulan
Pada pukul tiga sore
Ketoprak bersamaku
Membuat pongah atas rentanan hati
Mengenang inisal N berkunjung damai gigilkan sanubari
Kriuk toge memanggil air mata basahi pipi
Rupanya bersandar di tembok biru tak kiatkan diri bekerja
Lain, menyalahkan toge upayakan syaraf memori bekerja
Tentunya aku
Kecap rasa saja lebamkan mata
Menghentikannya pun tak kuasa
Tentunya aku
Silemah hati dalam memori.