Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

September Itu..#02

7 September 2024   16:29 Diperbarui: 7 September 2024   16:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenang-Kenangan Bapak  dibulan September #02

Aku tidak tahu betapa Almari jati di kamar bapak dan ibu itu punya rahasia yang sangat pedih buat ibu dan terutama bapak.

Mas Gatot tahu kegundahanku, sementara mbak Marni mencoba memberikan pengertian kepadaku.

"Sebuah kejutan seperti yang bapak minta dalam surat wasiatnya untuk kita membuka isi dalam Almari ini" kata mas Gatot memulai.

"Bukan emas permata namun kita bagai menemukan durian runtuh siapa bapak dan bagaimana bapak dan ibu membesarkan kita dengan penuh tabah dan rahasia sampai ajal menjemput" kata mbak Marni kepadaku.

Aku diam dan aku mencoba memahami

"Membunuh adalah dosa mba  dan mas, namun atas nama tugas "lirih dan luruh aku bicara.

Beberapa foto tua yang masih hitam putih ada dalam buku harian bapak jelas ada foto-foto kami waktu kecil.

Juga foto waktu bapak ibu jadi pengantin yang disebelah kanan ada gambar saudara dari bapak dan ibu.

Semua ceria  di dalam foto hitam putih hingga pada waktunya semua rapi pada suatu acara dirumah bapak.

"Inikah pak de yang sama dengan foto yang ditulis tangan bapak tadi?" Aku bertanya kepada mbak Marni dan Mas Gatot.

"Bener dik inilah kakak bapak yang foto waktu bapak dan ibu menikah di samping kiri kanan temanten" terang mbak Marni kepadaku.

"Salah satu kakak bapak dibuang di Nusakambangan yang satu dihabisi oleh bapak dan atas nama negara tentara"sambung mas Gatot padaku.

Bapak memang hanya prajurit kecil di tingkat koramil yang diperbantukan memburu para tokoh komunis di sekitar Jogja.

Sebab jiwa korsa yang tinggi atas nama negara semua dilaksanakan demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila.

Mas Gatot yang juga menjadi tentara saat ini  tahu dilema hati dan perasaan bapak waktu bertugas.

Buku catatan harian bapak teball namun  sangat rapi hingga tak terasa kami membacanya.

Waktu memang menghendaki apa yang dinamakan revolusi, makar, dan kudeta adalah sebuah hal  memaknai dua hal berhasil atau gagal total harta, benda  bahkan nyawa jadi taruhannya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun