Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurnalisme Viev Tabrak Etika dan Aturan Rasional

5 Agustus 2024   17:44 Diperbarui: 5 Agustus 2024   17:47 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jurnalisme viev sedang ngetrend apalagi ditengah persaingan media online.

 Para kuli viever  sangat menjunjung tinggi keharusan viev yang didapatnya.

Viev laksana "Tuhan" bisa bolak baliksn keadan juga "kendil",karena langsung bisa masuk rekening kita.

Jurnalisme viev adalah anak tiri dari jurnalisme tradisional dan jurnaliame online.

Semua mengahasilkan anak "tiri"para viever yang diiming-imingi pemilik modal untuk tetap eksis walau beras dirumah gusis dan habis.

Bukan menghakimi beberapa kuli viever telah menjadi kaya karena bisa menulus di betbagai macam media tanpa beranjsk dari kursi rumahnya.

Namun inilah tantangan para jurnalus viewer(bukan pemburu subscribe lho,!)

Ini tentang masa depan tantangan jurnalisme Pancasila yang konon tidal akan akui lagi jurnalisme invesyigasi di RUU pers kelak.

Baca juga: Musa Melawan Yahudi

Kemajuan TI dan tuntutan perut

Bukan saya tidak tahu tetapi jurnalisme viewer harus ada sebab kemajuan TI dan juga AI bisa jadi dimamfaatkan untuk keuntungan media besar dengan iming-iming pemdapatan besar dari viewer  yang di cari dari para jurnalis view ini.

Ciri-cirinya kelihatan

Selalu mencari trend peristiwa kekinian

Dengan memblowup fakta yang sedang dicari.

Bersifat instan dan buat tidak tuntas hasil liputannya mengambang.

Pemberitaan seragam dengan nara sumber yang sama namun hanya beda cara pandang.

Hasil jurnalisme viev banyak iklan tetapu tidak pernah dapat bagian prosentase iklan yang ada dalam artikel.kita.

Hukum pasar terbalik

Semakin banyak viewer semakin banyak uang didapat sebaliknya semakin sedikit uangnya semakin tipis dan nol.

Tidak menghargai proses yang ada karena berhubung dengan banyak tidaknya penonton dan yang like***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun