Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Jogja 1965 (10)

24 September 2023   10:06 Diperbarui: 24 September 2023   10:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam larut 

Aku tidak akan pernah tahu

Dan mau tahu apa yang terjadi

Baca juga: Jogja 1965

Hanya aku berpikir bagaimana mungkin

Anak bangsa bertaruh gengsi

Memperjuangkan diri

Baca juga: Jogja 1965 (08)

Berebut wahyu 

Masa depan negeri ini

Kasak-kusuk tentang isu itu benar-benar ada

Kejadian yang kubaca dan kudengar dari bapak

Nyata adanya

Ributnya ormas membuat giris 

Jogja 1965

"Benar peleng simbok dan bapak pagi  tadi kita harus sadar kuliahlah yang baik dan mengajarlah muridmu dengan sopan dan santun. Bapak mengatakan dengan sungguh-sungguh ketika selesai mendengar berita pagi dari RRI yang menyebutkan ada pertentangan politik  yang dimotori oleh orang-orang PKI yang didalamnya ada Gerwani, CGMI, Barisan Buruh dan juga pemuda kiri"

"Bapak berulang kali harus teguhkan iman selagi masih terpatri di dada dan tidak melupakan Tuhan sebagai  penolong kita kelak"

"Perjuangan" kaum kiri yang menghalalkan segala cara dan inilah yang bapak tidak suka " kata bapak di sela makan bersama aku di Pawon rumah kami

"Onten menopo pakne?" ada apa to" tanya simbok kepada bapak

"Aneh banyak yang mengaku pengikut setia Soekarno namun kenyataan mereka banyak yang berkhianat terhadapnya" kata bapak kepada simbok aku hanya mendengarnya karena aku tahu kerasnya para orang kiri "memperjuangan hak" yang orang lain pun dilawan bila menghalang-halanginya.

Aku hanya diam ketika bapak bercerita menanggapi berita dari RRI saat itu Radio pemerintah ini sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari kami dan inilah juga sebagai hiburan untuk mendengarkan sandiwara radio, ketoprak dan lagu-lagu yang sering diputar hanya membawa kesenangan dan ketenangan di hati kami.

Jogja sangat biasa malam-malam sebelum terjadi peristiwa besar yang tidak pernah aku sangka dan hanya beberapa orang tua yang bisa melihat tanda-tanda alam akan terjadi peristiwa besar kelak di kemudian hari.

Namun beberapa peristiwa "kampanye" PKI yang menonjol juga membuatku berpikir keras akan ada peristiwa apakah di Jogja dan khususnya di republik ini, aku berdesir dan terkesima dengan sepak terjang barisan kiri yang sepertinya mulai radika mencoba pengaruhi kami yang sedang kuliah dengan isu dan juga pembangkangan pemogokan kuliah untuk mengikuti alur cita-cita mereka.

"Aku tidak mau ada urusan politik dik aku hanya ikut seni dan juga menghargai bakat aku untuk jadi seniman, itu juga cita-cita aku" kat mas bagus kepadanya yang terngiang di kepala sampai kini.

"Beberapa daerah mulai bergejolak mas, termasuk kebebasan seni untuk kritik dan serang pemerintahan saat ini" jawab Safitri kepada mas Bagus

"Tidak aku tahu Jogja selama masih ada kanjeng Sultan bisa dikendalikan tenang saja aku tidak ada hubungannya dengan politik kekinian, aku hanya ingin satu bisa pentas " jawab mas Bagus sederhana.

Semua menjadi hatinya was-was seakan sudah siap kehilangan kekasih tercintanya ini namun aku harus bagaimana  menepis keraguan ini atau ikut kata bapak harus waspada bulan-bulan ini karena tanda-tanda alam mulai menjadi nyata adanya. Aku diam diantara resah dan logika yang aku jalankan isu tentang kedekatan mas Bagus dan Lindri bintang panggung yang cantik itu coba di tepisnya di dalam hatinya yang dalam ini.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun