Soekarno hari-hari yang penuh Gejolak karena kepemimpinan Soekarno mulai Dianggap melenceng dari jalur yang dikisahkannya waktu membaca proklamasi kemerdekaan.
Semua orang menjadi maklum karena kepemimpinan demokrasi terpimpin itu menyebabkan semua orang  tunduk kepada wacana kepemimpinanYogyakarta adalah sumbu terpenting sebagai kota perjuangan juga terimbas dari gejala dari peristiwa Jakarta. Demokrasi terpimpin yang dilaksanakan oleh Presiden Soekarno membuat semua sendi Kondisi kehidupan demokrasi  mengalami kebuntuan di sana-sini.
Pengaruh partai  PKI saat itu sungguh  membuat dinamika semakin inten dalam perkembangan politik Orde lama kala itu.Â
"Jalan ini menjadi saksi haru biru para pemuja seni " kata Bagus  setengah merayu
"Selagi kita masih cinta kepada budaya kaita, seni tidak pernah terhapuskan" jawab Safitri  membalas ucapan Bagus. Pertemuan indah yang tidak bisa dilupakan dua insan yang sedang terkena panah asmara Â
Jalan Malioboro jadi saksi beberapa peristiwa besar disini jalan  yang tepat di sebelah utara Benteng Vredeburg  arah utara selatan tepat di depannya ada Istana Negara  Gedung Agung yang dulu adalah kantor Gubernur Jendral Belanda yang tujuan membangun Benteng ini adalah untuk mengetahui gerak-gerik keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu salah satu tujuan utamanya.
Pusat kebudayaan dan juga ajang politik serta pendidikan di depanya sebelah timur ada Pasar Beringharjo yang menjadi saksi generasi ke generasi dan ada deretan bangunan pertokoan orang-orang cina dan keturunan India yang berdagang.
Gagahnya bangunana hindies campurfan gaya Belanda Eropa dan  rumah asli jawa gaya Yogyakarta tampak di  bangunan perempatan kantor pos besar  sebelah selatan istana negara dan benteng Vredeburg ini.
" besok akan ada demo dari pemuda merah" kata Bagus lagi
" para pemuda PKI itu mas?" tanya Safitri kepada mas Bagus lagi
"Aku tahu, kami bergerak di bawah tanah, Lembaga kesenian rakyat ini independen tidak terikat kepada siapapun bahkan partai" imbuhnya lagi
"Underbone kan hati-hati " sahut Safitri
" ini bukan aku membela hanya bisa menyalurkan kemilitan kami" jawab Bagus lagi
'Ya terserah kang mas saja ' jawab Safitri
Benar saja sebelum peringatan 17 Agustus 1965 gejolak politik semakin intens dan terasa dari berbagi bidang terutama tata pemerintahan yang entah mengapa menjadi panas adanya.
Upaya Soekarno untuk memperkuat kekuasaannya dengan menyeimbangkan  Nasakom ( nasionalis agama dan Komunis) membuat adu kekuatan PKI dan Tentara adalah akar dari masalah yang dihadapinya semakin kelihatan kepermukaan.
Pada tahun 1965 ini PKI telah menembus semua tingkat pemerintahan, bahkan militer mendapatkan pengaruh besar di TNI. Tentara telah terbagi, antara sayap kiri yang pro-PKI, dan sayap kanan yang dekat negara-negara barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H