Aku tidak bermaksud  membuatmu gundah
Bukan gundah sembarang gundah
Sebab aku tidak mau hatimu resah hadapi semua ini
.....
"Bener semua berubah mas?" Tanyamu penuh selidik
"Jogja masih seperti dulu dik"jawabku sederhana
"Bener jogja tenggelam karena sampah"cecarmu lagi
"Itu yang ramein medsos dik"
"Mas terlalu lugu untuk bohong"
"Aku tidak  bohong"Â
"Maaf mas aku tidak jadi mampir ke Jogja lho".
'Terserah kamu sayangku"
"...".sunyi dan senyap
Hampir dua minggu ini sampah di
dijogja belum beres dan semua berpacu kepada waktu, seminggu ini banyak orang nganggur.
Nganggur karena terpaksa, pengumpul aampah, pengepul rosok dan penerima sampah resah.
Aku sebagian yang resah sudah dua minggu ini binggung untuk buang sampah.
TPA piyungan sudah mulai bisa untuk buang sampah untuk warga kota menunggu TPA di Sleman dibuka.
Sebagian media massa lokal beritakan kabar gembira yang buat kecut nyali sebab  alun-alun kidul, pojokan dan bahkan sungai sudah menumpauk sampah masyarakat ini.
"Semua akan salahkan siapa mas?" Tanya mas tejo penjual angkringan langfananku saat ini.
"Yo sabar"jawabku pelan
"Sabar aku bingung buang sampahku"jawabnya singkat.
"Disimpan dulu"
"Mambu je mas .."
Aku diam ini adalah peluang dan ini bisa jadi punya nilai rupiah, sebab anggaran sampah di Jogja 25 s.d. 30 milyar hanya untuk angkutan sampah dan di timbun dipiyungan.
Sungguh ironis sebab banyak para cerdik pandai belum bisa ajukan solusi, banyak mahasiswa yang tidak ada berani untuk ajukan ide gagasan sumbang saran.
Sebab yang kuliah dijogja bukan asli sini, cuek dan lebih banyak lelah kejar target sks dan lulus kuliah lebih cepat karena mahalnya sekolah disini.
..cuntel..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI