Hidup itu owah gingsir
kadang diatas
kadang di bawah
bejo dan untung
bisa jadi rugi dan bangkrut
....
Mas Bejo, selalu memberi pepeling buat kami tentang semua yang pernah di lakoninya, semua orang belum tahu, tukang parkir itu dulu adalah pemilik dari gedung-gedung perkangtoran yang adi parkirinya sekarang!. Gila kata orang Mas Bejo namanya tidak habis  pikir dulu semua habis dan bahkan istrinya yang cantik itu memilih berpisah dan tinggal dengan kedua orang tua di desa karena tidak kuat menyandang derita yang di alaminya.
Aku kadang berjumpa denganya karena ada urusan di pusat pertokoan itu, semua orang yang datang di situ masih menaruh hormat kepada beliau dan inilah untungnya di tengah" kebangkrutannya" masih banyak orang bergaul dengannya.
" monggo mba parkir di baseemen atau diatas" katanya mempersilahkan aku parkir disitu
"diatas mawon pak wong urusannya cepat"Jawabku singkat
"naik lif atau tangga mba, kantor ada di tingkat dua gedung ini" jawabnay lugas sambil memberikan kertas parkir kepadaku
aku diam karena urusanku denganklien diatas gedung tingkat itu aku harus meting dan selalu berjumpa dengan bapak ini yang  masih perlente dan kekinian bajunya. Meting tentang proyek  dari kantor yang menyuruhku untuk bolak balik di gedung di lingkar pinggiran Jogja ini, ada nasi box dan segelas teh pans juga ada satu botol air minuman dalam kemasan selalu aku dapatkan dan bapak ini aku berikan sebotol minuman  danselalu saja di terimanya dengan senyum.
"mba terimakasih selalu atas air minumnya" jawabnya santun.
Orang tidak tahu begitu juga aku beberapa orang yang di gedung itu dulu anak buahnya dan ini nyata semua menjadikan dia tetap bekerja asebagi tukang parkir adalah juga atas kemauannya sendiri untuk ikut menjaganya di gedung yang megah itu.
"sudah lama disini bapak ?" tanyaku pelan kepadanya sehabis meting yang melelahkan itu
"maaf saya sudah lama malah sebelum bangunan ini di bangun mba" jawabnya sendu setengah menunduk
"jadi tukang parkir ?" tanya sedikit bertanya lagi
"sejak 2019 mba: jawabnya malu sambil minum sebotol air mineral dan snack yang aku berikan kepadanya
'lama ya pak" jawabku spontan
"baru  saja kok mba"jawabnya lagi sambil memandangi aku
" maaf selalu bertanya kepada bapak" jawabku singkat.
Aku diam dan sangat kagum atas sopan santunya itu aku tidak tahu siapa beliau namun satpam di situ yang lebih muda selalu memanggilnya mas Bejo dan aku baru tahu itu namanya  beberapa orang yang pulang mengambil motor atau mobil di bassement itu sellau bereterimaksih kepada bapak ini dan selalu memanggilnya pak Bejo.
"maaf bapak namanya pak " aku ragu memanggilnya akrena aku hanya sekilas mendengar panggilannya
"pak bejo mba kenapa?' jawabnya membuat ku kaget juga akhirnya.
**
"mba mau tahu tentang pak bejo?' jawab seornag manejer yang aku ikuti metting terakhir hari ini
"kenapa  bu  saya  kok bisa akrab dengan wajahnya itu ya mba?"
"ha ow pantes, sekarang jadi tukang parkir?'
"bangkrut mba'
"massyaallah, segitunya?"
"gedung ini dulu kepunyaannya "
"sekarang di menjadi tukan parkir di gedung yang dulu miliknya?'
"maaf ya mba"
"menyedihkan"
"bangkrut sampaia habis-habisan waktu nyaleg 2019, beberapa temanya malah ada yang gila mba"
"wow, ya baru tahu aku ini"
'anak istrinya pilih pulang kampung"
"wah lalu teman partainya?'
"sudah amelupakannya dan ini beliau disini untuk menyambung hidupnya dan semua di mulai dari nol mba"
"aku tahu kekuasaan itu bukan seperti pom bensin di mulai dari nol"
"namun bila sudah dua kali berkuasa mosok tiga kali mba?'
"terserah"
Kami tertawa renyah dan aku tidak habis pikir orang habis-habisan demi kursi dan akhirnya menderita, aku tidak kuasa dalam tawaku ada rasa sedih melihat pak Bejo yang tidak beruntung dalam nyaleg 2019 kemarin dan semu menderita tanah ruko, dan usahnya  bangkrut di sita bang dan renternir dan itu nyata.
Akaha harus nyaleg sampai korbankan anak istri dan masa depan kita hanya  rebutan kursi, dan aku tidak habis pikir banyak celag yang masih harus keluar masuk rumah sakit jiwa karena harapannya taidak tersampaikan seudah keluar modal banyak dan juga sudah habis-habisan.
Aku tidak habis pikir aku harus bisa tetap  hormat kepada pak Bejo yang selalu murah senyum menunggu parkir di gedung  itu aku tahu semua itu ada batasnya namun mengapa sekarang orang masih saja menghalalkan segala cara demi golakan caprenya dan juga meraih kursi hanya Allah swt yang tahu akan semu takdir ini
17062023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H