Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sayap-Sayap Patah Cendrawasih (09) Bumi Damai Bumi yang Ramai

24 Mei 2023   21:41 Diperbarui: 24 Mei 2023   22:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak seharusnya guru dilawan murid"

"Bisa jadi kakak, semua bisa terbalik"

Keadaan membuat kesadaran atas daerah yang kaya dan juga beda dengan suku yang lain nampaknya inilah yang coba mereka perjuangkan dan kebangkitan para orang muda di Papua adalah sebuah hal nyata yang entah mengapa harusnya kita tidak risau mereka ingin menentukan nasib sendiri, bila mau tetap dalam bingkai NKRI.

Syarat yang mungkin mereka para muda disana tidak menerima jejak pendapat di era tahun 1960an dulu atas kakek dan bapak-bapak mereka. Kesadaran yang belum terlambat karena generasi mudanya sudah banyak yang berpendidikan sama dengan orang-orang di Jawa!

Perasaan senasib sebagai bangsa yang berbeda adalah takdir Tuhan inilah yang mereka perjuangkan karena sebuah negara yang pertama diperjuangkan adalah perasaan satu nasib, baru wilayah dan juga penduduk serta organisasinya.

Kesadaran ini mulai tumbuh militan dan juga semakin mengkristal dengan berdirinya OPM yang dulu sempat di basmi era SOeharto sekarang menemukan "kebebasannya" ketika Otonomi khusus untuk mereka di salah artikan "kemerdekaan untuk mengelola daerahnya" mirip di Aceh sesuai adat dan hukum yang berlaku di wilayah mereka.

Kaum keras berupaya untuk merdeka lepas dan sebagian  tetap ingin bersama republik ini untuk memajukan negeri mereka sampai saat ini adalah juga nyata adanya. Masih banyak yang percaya atas republik ini namun kesadaran para garis keras menafikan perjuangan diplomasi dan memilih untuk langkah keras membunuh lawan dan merusak fasilitas umum milik umat.

Aku khawatir isunya berkembang jadi menggila karena menafikan nilai manusia dan mudahnya menghilangkan nyawa seseorang yang dianggap musuh dan lawan sedikitn terbersit di hatiku yang dalam sedemikianlah dan betapa ngerinya "para petualang " demi kata merdeka ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun