"Tidak seharusnya guru dilawan murid"
"Bisa jadi kakak, semua bisa terbalik"
Keadaan membuat kesadaran atas daerah yang kaya dan juga beda dengan suku yang lain nampaknya inilah yang coba mereka perjuangkan dan kebangkitan para orang muda di Papua adalah sebuah hal nyata yang entah mengapa harusnya kita tidak risau mereka ingin menentukan nasib sendiri, bila mau tetap dalam bingkai NKRI.
Syarat yang mungkin mereka para muda disana tidak menerima jejak pendapat di era tahun 1960an dulu atas kakek dan bapak-bapak mereka. Kesadaran yang belum terlambat karena generasi mudanya sudah banyak yang berpendidikan sama dengan orang-orang di Jawa!
Perasaan senasib sebagai bangsa yang berbeda adalah takdir Tuhan inilah yang mereka perjuangkan karena sebuah negara yang pertama diperjuangkan adalah perasaan satu nasib, baru wilayah dan juga penduduk serta organisasinya.
Kesadaran ini mulai tumbuh militan dan juga semakin mengkristal dengan berdirinya OPM yang dulu sempat di basmi era SOeharto sekarang menemukan "kebebasannya" ketika Otonomi khusus untuk mereka di salah artikan "kemerdekaan untuk mengelola daerahnya" mirip di Aceh sesuai adat dan hukum yang berlaku di wilayah mereka.
Kaum keras berupaya untuk merdeka lepas dan sebagian  tetap ingin bersama republik ini untuk memajukan negeri mereka sampai saat ini adalah juga nyata adanya. Masih banyak yang percaya atas republik ini namun kesadaran para garis keras menafikan perjuangan diplomasi dan memilih untuk langkah keras membunuh lawan dan merusak fasilitas umum milik umat.
Aku khawatir isunya berkembang jadi menggila karena menafikan nilai manusia dan mudahnya menghilangkan nyawa seseorang yang dianggap musuh dan lawan sedikitn terbersit di hatiku yang dalam sedemikianlah dan betapa ngerinya "para petualang " demi kata merdeka ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H