Seperti mahasiswa timor timur yang masih kuliah disini tetap menganggap bahwa Jogjalah ibu kota pendidikan dan kemerdekaan terinspirasi dari pengalaman  bangsa-bangsa yang sudah bebas lewat bacaan buku mereka.
Papu sebenarnya sudah maju tidak seperti tahun 1960 an dan masa-masa kelam zaman orde baru yang dipimpin Soeharto, para orang tua sudah mengalaminya, namun aku sadar melihat gelagat lain para pemuda  yang  lebih mudah beradaptasi dan mudah pula mendapatkan informasi tentang sejarah papua barat ( nugini west) kala itu.
Sejarah tidak bisa diubah namun semua bisa didiskusikan dan dialog, komunikasi yang baik dan bisa menggunakan akal sehat dan tidak emosi, namun pembelokan fakta sejarah dan penerimaan "warisan informasi " yang tidak relevanlah yang membuat para pemuda Papua bertekad melepaskan diri dari  ibu pertiwi.
"Kemudahan informasi kakak" kata edo kepadaku
"Realistiskah ?' tanyaku lagi
" real, banyak kenyataan yang harus bisa menjadikan arah perjuangan rakyat papua kembali kepada relnya"
"Dalam bingkai sekarang?"
"Kenapa tidak?"
"Aku khawatir.."
"Perbedaan itu ada di semua kepala orang namun di sana bisa menjadi pemicu perang suku dan juga melawan aparat yang ada"
'Itu rela juga.."