Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sayap-sayap Patah Cendrawasih (04) Perang Serasa Belum Usai

26 April 2023   16:44 Diperbarui: 26 April 2023   16:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun bujuk rayu setan-setan internasional terus saja ibarat jangkrik dikili-kili untuk diadu sesama anak bangsa aku sudah sadari bahwa konflik ini sudah mendarah daging dan beranak pinak yang ujungnya  kemerdekaan abadi tanah papua ( barat).

Sebelumnya strategi militer tetap baik, pendekatan humanis juga tetap jago, namun korban sipil dan TNI/Polri semakin banyak inikah jawaban  yang harus dilakukan bahwa pendekatan manusiawi tidak semua orang papua barat senang adanya.

Menuju kebebasan hakiki  harapan rakyat papua namun sejarah sudah membuktikan bahwa adu domba untuk menguasai bumi pertiwi ini adalah siasat licik para neo kolonialisme baru dan ini tanpa terasa sudah masuk alam bawah sadar kita sampai kini sejak dimulainya  apa yang dinamakan pakta New york dan  dimulainya  jajak pendapat yang menjadi akar persoalan untuk membenturkan rakyat papua.

Benny wenda yang memproklamasikan Negara Papua barat ( West Nugini)  dalam pengasingan di Inggris adalah akar dari tindak kekerasan nyata yang dilakukan kepada rakyat sipil di Papua barat dengan mengusung isu kemanusiaan dan diskriminasi Ras hampir sama dengan perjuangan rakyat Pribumi Aborigin dan  ini tentu tidak sama Yan, ini bukan perjuangan namun tindakan terorisme di negeri yang sudah merdeka, salah!

Namun "perjuangan" yang bagaimana aku juga tidak tahu karena semua nasib suatubangsa di tentukan juga atas kesepakatan bersama dengan beberapa suku dan golongan dalam bingkai NKRI sebab tuntutan merdeka dari Papua dengan mempermasalahkan sejarah *Pepera tahun 1969 adalah sebuah  suatu keniscayaan bagi semuanya.

__________-

*Pepera dari kompas.com/stori

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun