Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kondangan

12 Februari 2023   08:18 Diperbarui: 12 Februari 2023   08:24 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondangan

Minggu yang sedikit mendung di Jogja, ada langit biru  yang mulai cerah di selimuti sedikit mendung diantaranya mentari mulai menampakkan hidungnya lepas dari selimut awan mendung sejak kemarin. Semua mengharap terbaik pagi ini, semua penuh harap untuk bisa pergi  heiling, vacancy, dolan, refreshing, kata beberapa orang. "Sudah tiga uleman nikahan mas" keluh istriku. Minggu ini adalah undangan pengantin untuk yang keempat kalinya. Keponakan, tetangga, saudara serta temanku juga teman istriku banyak yang ngunduh mantu. Kondangan minggu ini sepertinya beda dengan kondangan mantu yang kemarin-kemarin. Masih saudara sepupu istriku dan ini sungguh buatku tak nyaman. Biasanya istriku sudah tahu siapa pengantinnya, besan dan yang ngunduh mantu sudah diluar kepalanya beda dengan minggu pagi ini.

"Happy dik"
"Tidak"
"Sepupumu to?"
"Ya"
"Kok manyun?"
"Nanti saja aku cerita.."
"Lha ono opo?"
"Kepo ya mas?"
Aku diam seribu bahasa tumben istriku diam dan tidak cerita apa-apa pagi ini.

Baca juga: Cerpen | Kondangan

Kondangan itu

Aku tidak kaget beberapa tamu juga keluarga sepupuku sepertinya tidak asing bagiku, semua orang senang kedua mempelai anggun disingasana pelaminan. Keduanya ceria dan sungguh pasangan suami istri yang serasi dan padu. Ceria dan sungguh suasananya penuh kegembiraan pagi ini.
"Cepet mas"
"Ya"
Aku diam ikuti semua yang ada disitu, bebeapa orang disapa istriku karena luwes dan juga kenal dengannya. Aku hanya ditariknya kearah tempat duduk keluarga sepupunya. Aku baru tahu istriku sengaja untuk temukan aku dengan sahabat SMAnya
"Kenal tidak mas?"
"Hm.mn siapa?"
"Lupa?"
"Ya..oh?"
Aku seperti jadi patung di acara seramai itu.
"Tidak boleh tukar no hp lagi..," seru istriku
Dia akrab banget dengannya aku kikuk tidak bisa berkata apapun.
"Mantanmu to mas?"
Aku diam
"Dia temenku dari SMA sampai kerja lho!"
Wah ..jan..memory lama itu ada tetapi aku sudah lama lupakan dia.

"Dia masih saudara sama sepupuku mas.."
"Ya.."
Aku masih tidak percaya dan istriku sekali lagi cerita.
"Maaf mas ini pernikahan ke empat sepupuku malu kalau aku cerita"
...?wow..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun