Sri Sultan mengharap KKN bisa bantu entaskan kemiskinan di desa (Tribun Jogja).
Sungguh ini jawaban menyejukkan ketika isu Jogja propinsi termiskin dari BPS menjadi bola liar, di katakan oleh gubernur Jogja waktu menerima audensi dengan rektor UGM di Kepatihan.
Program pemgentasan kemiskinan sudah banyak keluarkan dana namun alasan indek bahagia sebagai alibi para pejabat untuk tutupi alibi miskin ini sebuah upaya yang sederhana untuk cari alasan pembemar dibalik data BPS.
Perubahan besar diJogja
Sejak pandemi disini terjadi peeubahsn nyata dari kota pendidikan memjadi kota pariwisata dan inilah mengapa Maluoboro digusur salah satu contihnya.
Namun warga Jogja sudah siapkah untuk industri segala budang dan inilah mengapa stagnan pemikiran maji ini harus tereduksi oleh kepentingam perut kita.
Belajar dari Jogja disini gudangnya orang pintar dan juga gudangnya para ahli nun begitukah adanya ketika semua orang ibarat harus ngunduh wohing pakaryi?
Sebab manajemen pengelolaan DANIS dan dana desa harusnya lebih terbuka dan transparsn.
End of orde machine beeusaha memahami Jogja masih butuh kerjabakti kita kedepannya.
Jogja masih diperlukan orang yang idealia untuk entaskan kemiskinan absolut,elektrem dan hati.
Sebab faktor kemiskinan selain pemenuhan makan dan minum juga peely  mengubah suasana hati untuk tidak miskin dan ini nyata adanya.
Sebab biar miskin tetap bahagia atldalah paham aneh dan hanya prang prehatin dan juga pejuang keraslah yang bisa begini
Bisa jadi orang-oramg piihanlah yang bisa tersenyum dikala susah dan ini bisa jadi pelajaran berharga bagi kita untuk bisa belajar atas cap miskin untuk Jogja .
End of orde machine memandang bahwa era berakhirnya pola pikir mesin harus tetap utamakan rasa dan hati kita untuk lebih peduli dengan kirinkanan sesua kemampuan kita dan kekuatan kira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H