Judul ini saya tulis karena yang bicara adalahorang nomor satu di Bantul yang hampir 27.oooan rakyatnya miskin dan menurut BPS termasuk juga kabupaten miskin di  Jogja setelah kabupaten tetangga .
Orang nomor satu  di Bantul ini masih bangga dengan index kebahagiaan yang tinggi di Bantul dan di Jogja pada umunya seperti kata pejabat BI dan Bapeda DIY.
Kata miskin namun bahagia di Jogja sepertinya sudah biasa terdengar nyaring ditelinga rakyat marginal dan enak nyaring dan enteng keluar dari mulut maaf oknum para pejabatnyaÂ
Data BPS bukan sembarangan begitu pula dana yang dari pusat gelontor ke Jogja adalah trilyunan rupiah dan sampai tingkat desa milyaran rupiah.
Pertanyaanya miskin kok bahagia?
Karena semua ini ada dari kultur dan kebiasaan guyon parikeno dan juga kebiasaan mangan ra mangan waton kumpul juga berani prihatin lara lapa yang lupa disikapi arif para pejabat di Jogja.
Sungguh tidak arif jadinya kata dan perkataan miskin tetapi bahagia itu ayo tumbuhkan semangat untuk usaha dong pak.
Ayo tetap usaha perbaiki dulu dari kita ubah cap miskin ini toh di Jogja bantak orang pintar. Jangan ngeles atau berlundung daripada ibdex kenahagian hidup di Jogja.
Poya motiq poya hoho..(tidak punya uang tidak apa-apa) ngono?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H