Titik-titik hujan ini belumlah usai banyak tempat basah. Ini bukan hujan biasa ini hujan Oktober yang ingatkan semua atas kegalauan hati yang terdalam Ani.
"Semua orang tahunya kita pacaran mas"
"Karena kita beda sayangku" kata Arjuna
"Aku harap ini menjadi nyata kita jadian" kata Ani lagi.
"Kita beda sayangku itu nyata aku lelaki kamu perempuan, bisakah kita menjadi teman saja sayangku?"
Gerimis oktober seakan menjadi saksi diantara selasar lorong Malioboro ini. Semua menjadi sepi seperti angin badai yang datangkan dan hilangkan hujan oktober ini.
"Semua akan menjadi baik-baik sayangku"
"Tetapi mas"
"Jangan panggil aku mas, kelak akan menjadi nyata "
Semua serba cepat bangku kayu itu menjadi saksi betapa dua tahun pandemi lalu seakan hanya sekejap mata Ani.
Semua harus diputuskan cepat karena menunggu dibangku teras Malioboro seperti menunggu masa lalu yang tidak peenah akan kembali lagi dimasa kini.
"Wis nduk ikhlasna wae masmu kae" kata ibu kepadanya.
"Janji aku netepi hati " jawab Ani.
Semua harus menjadi kepasrahan yang dalam di ujung hatinya, setiap malam minggu disambanginya bangku kayu tempat berpisahnya dengan sang kekasih hatinya.
"Felling seorang perempuan tidak selalu benar Nik "kata sang kakak kepadanya.
"Dan fellingku dia masih harapanku mba" jawabnya sendu.
"Ning ya apa tidak cari yang lain?"
"Mba ngajarin selingkuh ?"
"Wah ya.. nduk di medsos sekarang mah bebas lupa?"
"Aku tidak seperti itu mba?"
"Lagumu itu nduk semua orang bisa say hello atau selingkuh media itu biasa.."
"Aku tahu..."
Gerimis Malioboro seakan menjadi saksi tempat-tempat perjumpaannya dengan sang Arjuna tambatan hatinya menjadi tempat ziarah hatinya yang sedang galau dan sedih menunggu senja di perih hati yang terdalam.
"Mba hujan" kata orang yang berlarian tidak dihiraukanya lagi.
Gerimis Malioboro sengaja dicarinya untuk kenangan indah yang tidak pernah dilupakannya sampai kini.
"Tahun 2022 akan segera berakhir kokohnya gedung tua di titik nol jadi saksi "
"Apakah kamu tetap setia kepada Arjuna yang entah sudah punya istri atau anak sekarang nduk"kata bapaknya yang bijak itu kepadanya.
"Saya menunggu kepastian Arjuna pak maaf" jawaban yang selalu di berikannya yang membuat semua orang tahu keteguhan hatinya yang dalam.
Pohon asem jawa dekat bangku itu menjadi saksi bisu. Semua tidak bisa ditutup-tutupinya.Â
Walau tahu semua hubungan medsos dengan sang Arjuna sudah hangus dan tidak berbekas namun menunggu kejujuran itulah yang diharapkannya.
Semua waktu seakan membatu Jogja adalah kenangan buat Ani. Lahir dan tumbuh dan berproses setia di tempat kelahiran.Â
Semua orang pernah penuh kenangan disini, belajar, kuliah dan bekerja serta pintasan tempat rekreasi yang buat semua terkenang akhirnya.
Perjumpaan Ani dan Arjuna ketika mereka bertemu di bangku kuliah.
"Semua orang bisa bicara cinta lupa derita dibelakangnya" tulisan di buku hariannya penuh coretan dan medsosnya penuh gambar kekinian yang penuh kenangan indah.
"Kita jadi pulang to?"
"Nanti mas"
"Sudah malam satangku"
"Nanti.."
"Sungguh hujan semakin deras"
"Biar jadi saksi"
"Aku cimta kepadamu mas"
"Ya"
Payung itu di bukanya dan jadi saksi kerinduan dan harapan itu menjadi nyata.
"Maaf mas Arjuna kamu bukan pilihan satu-satunya namun bangku Malioboro ini tetap aku kenang di gerimisnya hari ini"...