Semua harusnya mau ada BSU atau BLT untuk ganti gelonya hati rakyat dengan naiknya BBM, aku hanya diam seribu bahasa ketika semua keinginan harus di catat ulang, semua prioritas harus di ulang lagi dananya. Aku tahu betapa beratnya tahunini yang penuh ujian.
"diatas kertas negeri ini baru memasuki  endemi coroo"
"diatas kertas juga banyak tombok  yang di keleuarkan penguasa saat ini" keluhku serasa tak berkesudahan.
"harap maklumsemua naik mas" kata istriku lagi
Belum genap seminggu ganti harganya BBM membuat kelipungan dan ngilu , artinya mengharap Bsu saja tidak kesampaian apalgi BLT, tidak bisa dapat kalau tidak masuk kriteria dan juga dekat penabat tingkat desa baru ada dealnya, tertawa sendiri, mentertawaka diri adalah hal yang mustahil tetapi harus.
Sri, macankertasmu terlalu banyak yang di korbankan belum usai BBM naik isu kompor listirk untuk konversi Gas 3 kg membuat gundah hati semua yang ada.
Sri jadi inget ketika Jusuf kala berpi-api mengganti kompor minyak tanah menjadi kompor dengan gas katanya murah tetapi sekarang bebani APBN katamu, 70% impor gasnya dari China lagi sama dengan impor tabungnya sekalian gasnya impor.
Sri aku tahu kekalutanmu karena menyadaang beban bahwa republik ini  kuat dan pernah kuat dalam bdang ekonomi dan namun sekarang buat senyum rakyat kecil, malah menjadikan manyun dan marah rakyat itu ulahmu.
Tanda-tanda itu ada 2022 pernah diramalkan jatuhnya penguasa saat ini aku tidak percaya saat itu namun sekali lagiakau harus percaya tentang sebuah ramalan jawa yang menghendakinya.
Tahun 2022 ini tinggal berapa bulan lagi dan jangan tinggalkan gundah di hati rakayat yang semakin miskin karena kamu bohongi dan kibuli dengan rincian kertas tanpa tahu tingkat kehidupan yang mereka jalan setiap hari.
Sri wagi parfum danaca kantormu melenakan bahwa wangi keringat buruh dan juga guru honorer kamu lupakan juga padahal kamu dulu dosen dan kamu tahu betapa sengsaranya ketidak pastian ini dan kamu harus tahu.
"kamu senangnya nulis keluh kesahmu sendiri mas, " kata istriku
"daripada demo di jalanan" sahutnya pendek
"Semua tidak bisa  diam mas, sampai titik dimana semua harus bekerja keras untuk mendapat makan untuk esok pagi atau mulai besok padi kita puasa senin kamis" jawab istriku lirih kepadaku
"Dulu lupa saat turunkan Orde Baru semua berharap ekonomi baik dan sampai presiden ke tujuh ini semua mblenjadi kampanyenya dan lupa rakyat"jawabku singkat
"sok demokratis dan demo untunngnya apa mas?" tanya istriku membuat aku malu karena ijazah sarjanaku sekarang nganggur aku hanya ikut ojek online dan itu terpukul lagi dengan naiknya BBM saat ini sungguh.
"bila ada yang naik akan di turunkan  adalah alamiah" sahutku lagi
"tidak juga mas" jawab singkat istriku
Semua kekalutan bisa jadi tidak sperti fim-film daram politik di bioskop namun semua ini nyata dan tidak bisakah pengausa mengerem lagi syahwat menaikan komoditas umum lainya??
Tanya sri...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H