Jogja saiki. Saya sangat prehatin dengan viralnya kasus dugaan pemaksaan memakai jilbab disebuah sekolah SMA negeri di Jogja.
Viral dan kampanye buruk dunia pendidikan di Jogja sungguh ini sebuah tamparan buat intiusi pendidikan setelah terbongkarnya korupsi stadion Mandala krida dan kasus klitih yang juga sempat viral tersebut.
Ssbagai guru PKN saya sangat menaruh rasa prehatin yang dalam dan sungguh tepat bila diusut tuntas oleh lembaga terkait KPAI dan juga ORI sudah tepat serta dinas dikpora DIY itu sekali lagi sudah tepat adanya.
Sungguh ini bukan masalah sepele karena dugaan "perundungan'dan ancaman ini membuat siswi bersangkutan jadi trauma dan depresi sangat menyedihkan.
Era seperti ini sudah tidak layak lagi seorang guru atau guru BK memanggil untuk arahkan keyakinan anak terhadap agama tertentu tidak benar itu.
Biarlah kesadaran berjilbab itu dari hati dan benar dikpora tidak melarang atau anjurkan seseorang kenakan pakaian keagamaan tertentu terutama disekolah negeri.
Namun sebuah keterlanjuran
Nyata sekarang tidak ada bedanya sekolah keagamaan tertentu dan sekolah negeri atas nama untuk lindungi diri dengan pakaian tertentu anak dianjurkan "wajib" pakai dan beli lagi!
Sungguh haruskah seragam itu dipaksakan ?inikah kurikulum merdeka itu dan apakah seragamisasi anak tk, sd, smp dan sma itu wajib?
Sungguh tanya saja kepada rumput yang bergoyang jawabanyaÂ
Semoga disclaimer polemik ini bukan kampanye buruk bagi Jogja setelah klitih dan dugasn korupsi oknum pejabat dikpora.
Cepat selesaikan yang terbaik buat masa depan si anak bukan ego kekakuan aturan sekolah dan sebuah catatan buruk buat dikpora Diy bila kasus ini tidak secepat mungkin diselesaikan dengan cermat dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H