himbauan) penggunaan sandal jepit waktu mengendarai sepeda motor sudah dijalankan alasannya karena tidak bisa melindungi kaki waktu ada gesekan dengan aspal (kecelakaan)di jalan raya. Alasan pembenar yang sebenarnya  untuk kita indahkan.
Pelarangan (Saatnya beralih dari sandal jepit ke momentum sepatu adalah ini momentum yang tepat.
Walau untuk jalan kaki dan dirumah tetap bisa di pakai oleh kita. Himbauan itu sebuah upaya edukasi elegan untuk lebih tertib memakai pakaian dan alas kaki waktu kita sebagai rider dijalanan.
Sandal jepit pernah buat heboh ketika dipakai untuk mahar pernikahan dan juga viral ketika dipakai penyanyi korea saat itu.
Niat baik bapal polisi seharusnya busa membuat kita harus bisa berubah sedikit demi sedikit untuk serius kepada masalah alas kaki kita ini.
Walau sandal jepit identik dengan wong cilik dan inilah yang harus kita maklumi kita harusnya bisa "bersepatu" untuk naikan gengsi kita waktu ditempat umum ada benarnya.
Sebagaian orang mesti berat untuk lepaskan rasa kebebasan ini dikaki kita.
Berat karena jari kaki sudah biasa rasajan angin pagi, hujan dan dinginnya malam tampa hiraukan keselematan kaki kita.
Namun nyaman tidaknya kembali kepads diri kita sama-sama terbuat dari karet dan atau latek sepatu rasa sandal sudag banyak lho yang buat(bukan sandal gunung lho!).
Elegi sandal jepi
Sungguh kecintaan kita terhadap sandal jepitlah yang buat kita "buta" atas resiko sebagai rider jalanan.
Lupa karena faktor murahnya alas kaki inibdan faktor enak dipakai untuk kendarai motor kita.
Lupa identitas bahwa sandal jepit seharusnya untuk jalan kaki dan cukup dirumah memakainya (maaf kekamar mandi misalnya/wc)
Namun monggo hujan bulan juni seakan masih tasbihkan bahwa sandal jepir masih payu dan laku untuk dibeli.
Sebab kenamgan, memory dan hati bicara serta faktor unik serta murahnya jadi alassn untuk semua ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H