Kurikulum merdeka sebuah bukti ganti menteri ganti kurikulum
Kurikulum merdeka  sebuah istilah baru untuk gantikan kurikulum 13 yang fenomenal tersebut.
Banyak suka dan duka setelah kita arungi bersama waktu kita memakai kurikulum 13 Â waktu itu.
Sekarang diganti kurikulum merdeka (dengan niat dan istilah baru) padahal semua garis besar kurilum sama dan klu-klunya saja yang beda yang masih berlandaskan kepada kurikulum 1974 yang sungguh mempunyai pengaruh tersendiri dengan kurikulum selanjutnya.
Bedanya nampak jelas guru termasuk saya yang mengajar ABK tidak ikut di ajak renbugan atau cawe-cawe untuk menentukan mitigasi kurikulum ini sampai kurikulum merdeka ini tampaknya guru hanya menerima implementasi dan sosialisasi saja tanpa pernah dilibatkan oleh yang punya kepentingan merubah kurikulum ini.
Fenomena itu
Fenomena ganti menteri (pendidikan) ganti kurikulum ini sudah menjadi "kutukan' yang dapat ditebak semua guru dan juga wali murid se Nusantara ini
Ternyata sampai pak Nadiem Makarim sang menteri yang dulu bos ojek online tetap terkena imbasnya.
Banyak pengawas yang dengan pedenya menyambungkan lidah pemerintah dengan ketergesaannya untuk menyambut tahun ajaran baru 2022/2023 ini setelah ditatar di Jakarta dan online harus menyampaikannya kepada guru-guru (guru ABK) untuk diimbaskan kepada guru lainya dengan niat sosialisasi kurikulum merdeka ini.
Ujungnya gurulah yang jadi ujung tombak dan tombok fenomena ganti menteri ganti kurikulum walau niatnya baik tetapi tunggu dulu tentu akan boros di imbas, sosialisasi dan juga tugas pengawas ini dengan target tertentu harus bisa banyak guru tahu tentang KM (kurikulum merdeka inj)
Tulisan ini saya tulis untuk mengulik fenomena unik ini dari presiden ke presiden dan dari menteri ke menteri seakan sebuah akur "devil circle" yang dapat kita lihat arsip-arsip negara dan diperpustakaan bahwa fenomena ini akan diputus dengan kurikulum merdeka ala pak Nadiem yang sungguh masgul adanya kurangnya pelibatan guru yang kompeten  dalam "proyek kurikulum merdeka" ini juga salah satu mata rantai yang ujungnya adalah fenomena ini juga akhirnya.
Sebagai profesional Nadiem merangkul orang pintar dan cerdik pandai serta beberapa guru dan pengawas untuk membuat kurikulum yang lebih membumi dan coba rumuskan kurikulum yang ideal ini sebagai langkah untuk pembaharuan pola pikir dan pola tindak serta menerapkan kepada anak didik dengan tujuan mulia memerdekakan siswa di tahun ajaran baru yang tinggal hitungan jari ini.
Apakah Nadiem bisa putuskan fenomena ini?
Semua bukan tergantung sebagus atau segampang apa sebuah kurikulum diubah disesuaikan alur pendidikan kekinian tetapi juga sebuah tantangan untuk menjawab kenyataan ini adalah tantangan besar bagi Nadiem untuk putuskan hal "ghaib" ini.
Karena ganti menteri (pendidikan) ganti kurikulum adalah hal biasa dan juga sudah bisa ditebak apa dan bagaimana imbas "proyek pendidikan" ini kedepannya.
Sayyidj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H