"Silir, eh enak, Â sejuk kok" jawabku pendek
"Jelek nanti" Â serunya padaku.
Tukang potong langganan kami dari aku sekolah dasar tahulah hanya waktu mubalnya virus corona kemarin aku tidak potong, cuma sekarang beda dulu bapaknya sekarang anaknya yang sebaya dengan kakak aku nomor tiga.
Sore setelah ashar menuju adzan maghrib tanda buka puasa masih urut untuk pangkas rambut.Â
Ruang sederhana dengan kaca pantul besar serta foto model potongan yang lusuh serta kain penutup badan yang rapi ada di kursi.
Sebelum pandemi tempat pangkas rambut mas Yoko (jadi teringat film mandarin pendekar rajawali), aslinya mas Joko dulu gondrong dan modelnya Yoko maka sampai sekarang terkenal dengan sebutan itu.
Salah satu keuntungannya adalah dia teman kakak aku waktu SMP dan tahu aku jadi langganan tetap sampai kini.
Sambil menunggu aku dengar celetukannya tentang presiden yang mau bakdo, lebaran di Jogja sampai suara TOA masjid yang hampir lirih dan tidak terdengar waktu sahur ketika ngobrol dengan langganannya.
"Aneh, adzan saja dibatasi"
"Beda dengan suara musik"
"Sampai ora krungu sudah imsak"