Sungguh semua itu disadarinya dianggapnya semua adalah takdirnya kakinya melangkah gontai ke arah pintu rumah dari kayu itu masih berdecit belum disentuhnya. Sepeda motor tua keluaran 1990 an itu di tuntunnya langsung masuk di teras rumahnya.
Walau tahu lebaran tinggal hitungan jari semua serba adanya setiap hari lantai semen rumah warisan itu selalu disapunya untuk hilangkan debu, ruang tamu yang kecil merangkap juga ruang makan dan ruang santai di pojoknya ada tv keluaran lama.
Sementara di sisi kirinya ada radio tua peninggalan ibunya yang tercinta. Hanya satu yang foto hitam putih lama kedua orang tuanya juga foto saat jadi pengantin.
Sebelah dinding ada tumpukan buku di rak reot model lama.
"Assalamualaikum'
"Walaikumsalam "
"Aku pulang"
"Nggih, ya pak"
Celingukan dilihatnya sudut rumahnya itu dan
"Afif sudah pulang bune?"