Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Demi Waktu(4) Suatu Hari di Lebaran Setahun Lalu

23 April 2022   22:51 Diperbarui: 23 April 2022   22:56 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi waktu (4) Suatu hari di lebaran setahun lalu

Bakdo, lebaran ini tahun ini seakan mengulang kesedihan simbok, betapa ditengah kegembiraan ada rasa yang hilang.

Semua sudah merapat ke Jogja, kesibukan di rumah gaya joglp jawa itu semakin terasa, kamar-kamar dibuka dan dibersihkan untuk kenyambut semua yang datang ruang dibersihkan untuk menyambut hari kemenangan yang tinggal tujuh hari lagi ini.

Foto diruang tamu itu seakan menjadi saksi betapa cerianya moment lebaran di Jogja ini, semua beban seakan lunas, walau hampir dua tahun pandemi itu tak menyurutkan langkah mereka ke Jogja untuk kerumah tabon ini.

"Dibersihkan resiki, itu "kata seorang perempuan setengah baya menyuruh bibi dirumahnya ketika membuka kamar-kamar yang ada.

"Bi aku isih ora percaya"katanya setengah berbisik sambil menatap foto didinding tersebut.

"Sampun, sudah yang terjadi itu kersaning  Gusti Allah "jawabnya sedikit mengjibur sang majikan.

"Ngerti, tahu kan kamu sudah aku anggap sebagai keluargaku rasane ati, hati ini masih sakit rasanya "keluhnya lagi.

Betapa kehilangan itu sangat membuat gincang hati bu Projo, seorang yang masih keturunan ningrat itu harus kehilangan anak yang di cintainya saat moment lebaran tahun lalu.

Semua orang tahu pak Projo yang juga orang disegani di desa kami itu adalah mantan Panewu yang semua orang hormat padanya.

Bu Projo dan pak Projo mempunyai anak tiga yang pang dia sayangi adalah anak nomor tiga si sulung Tri, disamping anak kedua Dwi dan Eka anak pertamanya.

Sungguh lebaran ini seakan betambah sepi sejak pandemi corona dulu juga telah lumpuhkan hatinya beberaoa kerabat banyak yang mendahuluinya.

Sungguh sepeninggal  pak Projo sebagsi orangtua tunggal tetap bekerja keras dengan usaha gudegnya, karena tidak mungkin andalkan ngentaskan anaknya dengan uang pemsiun suaminya.

"Sedoyo sampun ginaris bu"kata sang pembantunya lagi.

"Iki rasa tresna ini tidak bisa hikang, kamu tahu di depan mataku, aku merasa bersalah atas semua ini"keluhnya sedih tampak linangan air mata membuatnya berkaca-kaca matanya dan di sekanya dengan ujung kebayanya.

Peristiwa itu

Bu Projo masih tidak percaya atas kehilangan anaknya Tri tepat didepan matanya. Rasanya kenangan pahit ini tidak bisa ia lupakan bila jelang lebaran seperti tahun ini.

Lebaran tahun 2022 kurang seminggu lagi seakan membuka kenangan lama ini adalah membekas dalam rasa pedih, getir dan sakir yang dalam dihatinya.

Ingatan bu Projo seakan serasa kembali lagi mengingat peristiwa pilu itu dan inilah yang membuatnya menatap sedih foto-foto dinding rumahnya ini.

"Lebaran tahun ini rasanya aku ingin  masih ada tri bi dirumah ini senyumnya, istrinyan dan Fendy cucu yang aku sayangi itu"curhatnya kepada bibi pembantu rumsh tangganya yang setia sejak mendiang pak projo dan anak-anak kecil sudah bekerja di situ.

"Nggih, bu, pun ikhlaskan saja takdir, rejeki dan jodoh Alllah swt yang tentukan 'jawabnya 

"Ora iso lali, tidak akan terlupakan inilah cobaan terbesar dalam hidupku setelah berpulangnya bapak dan kedua orang tuaku",kata bu projo lagi sambil masih menahan pilu peristiwa tiga tahun yang lalu.

Bagaimana tidak telepon mas Tri itu tepat didengarnya beberapa menit ketika musibah keluarga mas Tri datang.

Lebaran tahun 2019 adalah lebaran memilukan bagi bu projo dan keluarhanya pagi itu semua keluarga sudah berlumpul untuk tumaikan idul fitri dan juga lebaran bersama namun keceriaan itu berubah sedemikian cepatnya.

Teteg sepur  tanpa palang pintu itu merenggut kebahagiaan keluarga Tri anak bunggsu bu projo, mobil keluaran terbaru yang untuk mudik dari Jakarta ke Jogja tersambar kereta api jurusan Jakarta Jogja tepat di utara desa tempat kelahiran Tri.

Semua menjadi sedih adanya, tahlil dan doa menjadi suara penghibur duka di lebaran ini semua tidak menyangka adanya.

....

Semua yang berasal dari Allah swt akan kembali padaNya kelak

Karena sang watu menentukan

Siapa yang bernafas akan meninggal juga

Do'a untuk niatkan diri

Ke TakdirNya

Raihlah ke yang baik

.....

#sayyidj

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun