Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Toa

24 Februari 2022   05:59 Diperbarui: 24 Februari 2022   06:22 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Baru sadar

Konon aturan suaranya sejak tahun 1978

Sekarang baru terasa sesaknya

Alasan Keputusan menag

Semua harus dibatasi

Toleransi

Hilangkan intoleransi

Semua maklum

Pagi ini adzan subuh hanya tetdengar sayup-sayuo

Penjual jamu

Penjual getuk

Tidak berani lagi

Tidak tetdengar lagi memakai toa

Makllum

Kuping penguasa tidak mau dengar

Dan itu harus

Apakah risi dengar suara toa

Aku tidak tahu

Tetapi ini sebuah tanda

Sesuatu akan terjadi

Katenanya

Coba atur toko, dan tempat ibadah lain

Coba atur suaramu

Yang tidak mau dengar suara rakyat bawah

Sementara orkresta senayan

Menumpuk kaya

Lupa naikan harga minyak goreng

Lupa naikan harga kedelai

Dan tuli

Bila rakyat mengadu

Toa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun